RADARCIREBON.ID- Banyak cara yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk melihat adanya gangguan kesehatan pada anak. Mulai dari memerhatikan perubahan fisik, hingga perilaku anak sehari-hari. Namun tidak hanya itu, banyak orangtua yang memerhatikan frekuensi BAB pada anak untuk memastikan kondisi kesehatan.
Tidak jarang, anak yang memiliki sedikit frekuensi BAB memicu rasa khawatir orangtua terhadap kesehatan anak. Lalu, benarkah frekuensi BAB pada anak bisa menjadi indikator kesehatan tubuh anak? Selain itu, bagaimana anak merasa takut untuk BAB.
Ahli Gastrohepatologi Anak Muzal Kadim mengajak orang tua untuk memahami tanda-tanda anak takut untuk buang air besar (BAB) guna mencegah terjadinya konstipasi atau sembelit.
Baca Juga:Menparekaf Harpitnas Upaya Selamatkan Industri PerhotelanTelkomsel Luncurkan Orbit MiFi Dua Varian
Muzal menjelaskan konstipasi atau sembelit pada anak disebabkan oleh adanya trauma pada saat buang air besar seperti rasa sakit pada anus saat mengeluarkan feses yang sudah menumpuk atau kesalahan pada saat toilet training seperti terjatuh di toilet, sehingga menyebabkan anak menahan buang air besar.
Akibatnya ketika mules, dia langsung menahan dan ini berulang sehingga reflek atau keinginan buang air besar tadi sudah hilang dan feses makin mengumpul,” ujarnya.