RADARCIREBON.ID – Simak di sini sejarah Adzan Pitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon, karena pada umumnya Adzan (panggilan untuk Salat) dilakukan oleh satu orang.
Adzan Pitu di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon ternyata memiliki sejarah tersendiri pada zaman Walisongo, bahkan kabarnya berkaitan dengan hilangnya momolo atau kubah Masjid tersebut.
Oleh sebab itu pada ulasan berikut akan disampaikan sejarah adanya Adzan Pitu berhubungan erat dengan hilangnya momolo Masjid, yang diambil dari berbagai sumber.
Baca Juga:AUTO SENYUM! 18 Cara Dapat Uang Dengan HP, Tanpa Modal Dan AmanUPDATE! Harga Emas 4 Maret 2023 Naik Lagi, Ayoo Buruan Borong Sekarang
Adzan pitu bagi sebagian masyarakat menganggapnya sesuatu yang beda, karena pada umumnya adzan dilakukan oleh satu orang muadzin saja. Begitu pula tentang momolo atau kubah, sebuah masjid umumnya juga memiliki momolo (kubah) yang terletak di bagian atasnya.
Namun yang terjadi di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon, atau yang biasa disebut Masjid Agung ini, tiap pelaksanaan Salat Jumat, adzan dilakukan oleh tujuh orang muadzin (adzan pitu). Dan Masjid Agung ini juga tidak memiliki momolo hingga sekarang.
Sejarah Adzan Pitu di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon
Masjid yang berlokasi di Kawasan Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat ini, setiap pelaksanaan Salat Jumat, lantunan adzan tidak dilakukan oleh hanya satu orang, melainkan tujuh orang sekaligus secara bersamaan, yang dikenal dengan tradisi adzan pitu.
Mereka mengenakan pakaian khusus. Enam orang muadzin mengenakan jubah berwarna hijau dan serban putih. Sedangkan satu orang berjubah putih dan bersorban hitam. Terkadang, ketujuh muadzin juga menggunakan jubah dan sorban berwarna putih.
Jubah ini harus dikenakan setiap melantunkan adzan pitu sebagai penanda dan pembeda dengan jemaah lainnya. Meski dilakukan oleh tujuh orang secara bersamaan, lantunan adzan pitu tetap terdengar baik.
Panjang pendek nada adzan ke tujuh muadzin adzan pitu ini terdengar seirama. Mereka juga kompak menjaga keseimbangan tinggi rendahnya nada.