RADARCIREBON.ID– Berinvestasi saham di pasar modal membutuhkan strategi. Bisa memilih salah satunya atau mengombinasikan beragam strategi untuk memperoleh keuntungan.
Namun, yang perlu diputuskan adalah apakah keputusan berinvestasi saham dilakukan untuk tujuan jangka waktu yang panjang, atau untuk kebutuhan mencari untung dalam waktu singkat, yaitu dalam hitungan bulan atau kurang dari setahun.
Sama halnya ketika memilih berinvestasi langsung pada tanah, properti, atau dengan logam mulia yang ditujukkan untuk jangka panjang. Berinvestasi pada aset-aset tersebut cenderung mendorong individu untuk bersikap pasif atau membiarkan nilai dari aset-aset tersebut naik mengikuti inflasi. Kemudian, ketika harga jual aset tersebut menjadi lebih tinggi nilainya dari harga ketika membeli, maka investor akan mendapatkan keuntungan.
Baca Juga:Pada Anak Dianggap Bukan Penyakit. Justru Obesitas Ancam KomplikasiBMKG: Musim Kemarau Datang Lebih Awal. El-Nino Berpeluang 50-60%
Seorang investor bisa mengamati harga saham sebuah perusahaan dibandingkan dengan nilai buku saham tersebut (Price to book value/PBV) yang tertera di laporan keuangan perusahaan. Jika harga saham ada di bawah PBV, artinya harga saham tersebut tergolong murah dan memiliki potensi kenaikan harga saham di masa depan. Saham ini juga dinilai layak dibeli untuk investasi jangka panjang.
Sebaliknya, jika harga saham sebuah perusahaan sudah berada di atas PBV, maka harga saham tersebut sudah tergolong mahal. Penyebab kenaikannya bisa terjadi karena aksi spekulasi menaikkan harga saham oleh para pelaku investor aktif. Oleh karena itu, sebaiknya tidak membeli saham ini, karena potensi kenaikan harga sahamnya akan kecil.