Seperti yang telah disebutkan di awal, kita orang Indonesia memiliki tradisi Ramadhan unik nyekar untuk menyambut bulan suci Ramadhan.
Nyekar adalah salah satu tradisi yang cukup meluas di Indonesia. Seperti yang kita semua tahu, nyekar adalah salah satu cara yang digunakan oleh orang Indoenesia untuk menyapa dan juga memberikan hormat pada nenek moyang yang sudah meninggal.
Dengan menaburkan bunga di atasnya dan juga berdoa diberikan yang terbaik di sisi Allah SWT.
Baca Juga:TERBARU! Baca Manhwa Lookism 441 Sub Indo, Pertarungan Antara Kwak Jichang Vs EliteTampilkan Trailer Terbarunya, Anime Solo Leveling Bakal Tayang Mulai Tahun 2024
Selain mengunjungi makam keluarga, Nyekar juga biasa dilakukan untuk mengunjungi makam orang penting dalam agama Islam di masa lalu, seperti kyiai, sunan, atau habib.
Nyekar juga merupakan bukti perpaduan agama dan budaya di Indonesia. Mata air memiliki makna spiritual yang dalam budaya Jawa dan merupakan bagian integral dari penyucian untuk bulan suci.
Praktik ini diyakini telah disebarluaskan oleh wali Songo yang menyebarkan ajaran Islam di seluruh Jawa.
3. Menyalakan lentera di Mesir
Kebiasaan atau tradisi Ramadhan unik selanjutnya adalah Fanous atau menyalakan lentera dari Kairo, Mesir. Tradisi ini adalah sebuak kebiasaan yang mirip denga kebiasaan penggunaan pohon natal untuk Ramadhan.
Keberadaan kebiasaan ini merupakan salah satu hal yang penting dalam sistem Ramadhan di daerah Mesir.
Setiap tahun, orang-oranmg Mesir menyambut dengan warna-warni lentera yang melambangkan persatuan dan kegembiraan sepanjang bulan suci.
Tradisi ini tercipta berawal dari suatu masa pada zaman dinasi Fatimiyah, ketika orang MEsit menyambut Khalifa Al-Mu’izz li-Din Allah saat ia tiba di kairo pada hari pertama Ramadhan.
Baca Juga:10 Obat Alami Panas Dalam yang Ampuh dan Mudah Ditemukan di RumahAnime Solo Leveling Akan Umumkan Informasi Terbaru pada Tanggal 21 Maret, Cek Di Sini!
Untuk menyediakan pintu masuk yang terang bagi imam, para pejabat militer memerintahkan para penduduk setempat untuk memegang lilin di jalan-jalan yang gelap. melihndungi mereka dalam bingkai kayu agar tidak meledak.
Seiring berjalannya waktu, struktur kayu ini muncul menjadi lentera berpola, dan sekarang ditampilkan di seluruh negeri, menyebarkan cahaya selama bulan suci.