Sementara itu, menurut Kurator Galeri Rasulullah SAW Masjid Raya Al Jabbar dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung Ija Suntana, keterangan bahasa, tata letak, diorama sangat detail dibuat oleh pengada hingga kata per kata begitu diperhatikan.
Diakuinya, para pekerja gelari harus beberapa kali berkonsultasi, bahkan hingga tengah malam saat proses pembuatan detail galeri. Setiap langkah pengerjaan selalu dikonsultasikan hal itu agar tidak terjadi kesalahan dalam penerapannya.
“Saking ingin presisi baik itu dalam tata letak maupun terjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia,” kata Ija.
Baca Juga:1 Ekor Kukang Tangkapan Warga Dilepaskan Petugas Damkar Kuningan ke HabitatnyaSoal Waduk Darma, Dinas Sumber Daya Air Jawa Barat Sebut Perumda Aneka Usaha Lakukan Pungli
Ia pun kagum dan takjub dengan hasil akhir pembuatan Galeri Rasulullah, yang dapat menerjemahkan sejarah peradaban Islam dari zaman Rasulullah hingga ke Jawa Barat dengan teknologi informasi bukan hal yang mudah.
Ketua MUI Jabar Rahmat Syafe’i berpendapat bahwa kehadiran Galeri Rasulullah SAW di Masjid Raya Al Jabbar bukan saja sebagai sarana wisata religi, tetapi juga sebagai sarana pendidikan.
“Yang harus kita petik dari sejarah itu bukan catatan peristiwanya saja, tetapi jauh lebih penting dari itu adalah edukasi. Nah saya kira dari galeri ini, edukasi tersebut sangat jelas bisa kita dapatkan,” tutur Rahmat.
Menurut Rahmat, banyak sekali pelajaran yang bisa dipetik dari perjalanan peradaban Islam mulai zaman Rasulullah hingga saat ini khususnya di Jawa Barat. (*)