CIREBON, RADARCIREBON.ID – Pemkot Cirebon bakal menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM) guna mengatasi kenaikan harga beras yang signifikan di Kota Cirebon.
Pj Walikota Cirebon Drs H Agus Mulyadi MSi mengatakan, GPM akan segera dilakukan. Selain, mengeluarkan beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), mantan Sekda Kota Cirebon itu bilang, angka inflasi Kota Cirebon terendah se-Jawa Barat.
“Alhamdulillah kalau dari sisi pelaksanaan inflasi untuk bulan Januari 2024 kita (Kota Cirebon) terendah di Jawa Barat yakni 0,04 untuk M2M. Dan pada Februari 2024 ini, akan kita terus monitor per minggunya dan ada informasi bahwa ada kenaikan harga pasar beras,” bebernya, Jumat 16 Februari.
Baca Juga:Dishub Paling Banyak Tangani Pengaduan Kota Cirebon Siaga 112Harga Beras Naik Terus, Berapa Besaran Zakat Fitrah di Kota Cirebon? Simak di SiniÂ
Seperti diketahui, harga beras kian tinggi dikeluhkan ibu rumah tangga. Sebab, satu kilogram menyentuh Rp18.500, dari normalnya Rp13.000 hingga Rp14.000 per kilogram.
Salah satu pedagang sembako di Pasar Pagi Kota Cirebon, Bagas mengatakan, harga beras saat ini menyentuh Rp18.500 per kilogram. Naik signifikan dibandingkan harga normalnya yang berkisar antara Rp13.000 hingga Rp14.000 per kilogram.
“Kenaikan harga beras ini sudah terjadi sejak awal bulan Februari 2024. Harga beras paling murah saat ini yaitu Rp16.000. Ini kenaikan harga paling tinggi pada tahun 2024, pada tahun-tahun sebelumnya kenaikan harga tidak melebihi ini,” ujarnya.
Bagus mengaku kasihan terhadap konsumennya dengan kenaikan harga beras ini.
“Saya sih kasihan sama konsumen untuk makan sehari-hari. Mereka (konsumen) keliling cari beras yang harganya murah, tapi semuanya sama naik harganya,” ucapnya.
Menurutnya, kenaikan harga beras disebabkan karena kurangnya pasokan. Bagas bilang, kenaikan harga beras sangat berdampak pada penjualan.
“Sekarang saya hanya menyediakan 2 ton beras dari Indramayu,” jelasnya.
Sementara itu, seorang ibu rumah tangga asal Kejaksan, Khodijah mengeluhkan kenaikan harga beras yang sangat tinggi tersebut.
“Kami terpaksa membeli beras hanya 2 atau 3 kg saja. Biasanya kami bisa beli beras 1 karung, tapi sekarang gak bisa lagi,” pungkasnya. (ade)