CIREBON, RADARCIREBON.ID – Ambruknya pagar dan retaknya trotoar di area Kotaku Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk hingga saat ini belum menunjukkan tanda-tanda akan diperbaiki.
Pantauan Radar pada Rabu siang 17 April 2024 di lokasi ambruknya pagar dan retaknya trotoar menunjukkan adanya pemasangan pagar.
Tidak hanya itu, batu andesit yang sebelumnya terpasang di trotoar terlihat sudah copot seperti sengaja untuk dicopot.
Baca Juga:Pasca Idul Fitri, Stok Ikan Melimpah tapi Sepi PembeliSepekan Pasca Lebaran, Harga Cabai Turun Drastis di Pasar Tradisional
Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP), Wandi Sofyan SSTP, kepada Radar menjelaskan bahwa di area Kotaku, saat ini DPRKP Kota Cirebon sedang melakukan proses antisipasi penyelamatan aset dari kerusakan dan melakukan kajian tanah.
Untuk kajian tanah, kata Wandi, diperlukan pemahaman kondisi tanah karena amblas sehingga diperlukan kajian struktur tanah.
Selanjutnya, akan ditindaklanjuti oleh Kementerian Pekerjaan Umum terkait konstruksi.
Saat ini, penanganan sementara dilakukan melalui APBD parsial 2024 dengan alokasi anggaran sekitar Rp150 jutaan.
“Pengerjaannya dilakukan oleh pihak ketiga. Karena ada kajian tanah, fokusnya ke sana,” ujarnya.
Sementara itu, Kabid Kawasan Permukiman, H Nanang Rosadi menambahkan bahwa saat ini sedang dilakukan perapihan fasilitas pejalan kaki dan pagar di sekitar kawasan Panjunan sepanjang 55 meter.
“Sekarang, kita melakukan pemagaran dengan seng supaya masyarakat sekitar tidak lalu-lalang dan sebagai bagian dari pengamanan aset, mulai dari batu andesit, batu bata merahnya, dan kolom pagar yang bisa diselamatkan,” katanya.
Kemudian, lanjut Nanang, dilakukan pengamanan dengan pemasangan cerucuk (pinggir sungai) dengan kayu agar arus air sungai tidak merusak kawasan yang sudah roboh.
Baca Juga:Jalan Berlubang di Kabupaten Cirebon Ini Sering Makan Korban Hari Pertama Masuk Sekolah, Inilah yang Dilakukan SD Peradaban Global Quran
Lalu melakukan uji tanah dengan metode sondir (alat tekan dimasukkan ke dalam tanah).
“Uji tanah, kita bekerjasama dengan Lab Fakultas Teknik UGJ sebagai persyaratan proses perbaikan melalui program Opor yang berasal dari Kementerian PUPR,” tandasnya.
Tujuannya agar pembuatan pondasi lebih kuat dan tidak terjadi perubahan lagi.
“Kita ingin mengetahui kondisi tanah di sana melalui uji sondir, dari uji lab, tanah lunak berapa meter, tanah kerasnya berapa meter sehingga pondasinya bisa lebih baik. Uji lab hanya akan menggunakan kawasan yang roboh. Satu titik mewakili 25 meter,” katanya.