Kesenian Burok Cirebon Tetap Eksis, Dari Akar Tradisi Hingga Era Digital 

Burok Tomo Tamir
Salah satu pelaku seni Burok, Tomo Tamir memperlihatkan kepala Burok ciptaannya. --FOTO: ISTIMEWA--
0 Komentar

RADARCIREBON.ID – Melalui sejarahnya, kesenian burok berasal dari Cirebon. Berawal dari sebuah acara yang didirikan oleh pemerintah Jawa barat saat itu. Yakni, festival kesenian di tahun 1934 yang diadakan di Bandung.

Pada masanya itu, Cirebon mengirim kesenian bernama kesenian Burok. Yang kemudian mulai populer dari sebuah Desa Bendungan, Beringin dan menyebar ke seluruh Cirebon.

Di Cirebon Timur sendiri, dimulai dari Desa Pakusamben yang berkolaborasi dengan pelaku seni musik Tarling dari Desa Kudukeras.

Baca Juga:Betako Merpati Putih Juara Umum Ke-1 Kejuaraan Pencak Silat Karuhun Padjadjaran  se-Jawa BaratKadisdik Kabupaten Cirebon Hadiri Dies Natalis SMPN 1 Dukupuntang

Di Cirebon, Burok berlaku untuk menjalankan sebuah tradisi setelah anak laki-laki disunat. Hal ini bertujuan agar seorang anak laki-laki setelah disunat dapat memiliki perilaku dan akhlak mulia seperti cantiknya Burok.

Kesenian Burok sendiri terinspirasi dari sejarah Nabi Muhammad SAW, yakni saat keberangkatannya sewaktu Isra Mikraj. Rasulallah SAW saat itu menaiki Burok.

Burok digambarkan oleh orang Yahudi yang kemudian para pelaku kesenian memoles bentuk tersebut. Dalam pelaksanaan hiburan keseniannya sendiri, Burok dimainkan oleh manusia yang kemudian diiringi oleh alat musik tradisional.

Alat musik ini bernama Genjring dan Beduk. Umumnya, Burok berbentuk seperti seekor kuda dengan wajah perempuan berkerudung, memiliki 2 sayap dan satu ekor.

Setelah masa kemerdekaan, Burok menjadi sedikit berpoles. Kemudian dibuat sesuai warna dari setiap partai.

Seperti partai PDI yang memiliki warna merah, dan Burok dibuat berdasarkan warna tersebut. Namun, pada masa Ir Soeharto, Burok ditetapkan dengan warna kuning yang memiliki arti sebagai arti keemasan.

Seiring dengan berkembangnya teknologi, Burok berkembang semakin pesat mengikuti zaman.

Burok yang awalnya diiringi dengan suara Beduk dan Genjring, kini berganti menjadi musik yang dapat didengar melalui platfrom mana pun.

Baca Juga:Kadisdik Kabupaten Cirebon: SMPN 1 Dukupuntang Harus Jadi Sekolah Adiwiyata Tahun 2025MSC Boyong Profesor Muda ke Cirebon, Ini Dia Sosoknya

Karena, pelaku seni musik yang semakin sedikit, burok kemudian berganti diiringi oleh organ tunggal.

Menurut Tomo Tamir, salah satu pelaku seni Burok, seiring dengan era digitalisasi yang semakin pesat, Burok mendapat banyak jejaring manfaat. Salah satunya adalah mempermudah Burok dikenal semakin luas.

“Apalagi di era menjelang Pemilu kemarin, para calon kepala daerah menggelar suatu Festival Burok, yang membuat Burok semakin dilestarikan,” ucap Tomo.

0 Komentar