Salah satu pengguna TikTok mengatakan, “Kami telah bersiap untuk kehilangan aplikasi ini, tetapi tetap berharap ada keajaiban hukum yang bisa menyelamatkan TikTok.” Namun, harapan itu pupus setelah Mahkamah Agung memastikan bahwa keputusan ini tidak dapat diubah.
Isu ini semakin memanas karena undang-undang keamanan di China mewajibkan perusahaan seperti TikTok untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam pengumpulan data intelijen. Meski demikian, Trump menyebut dirinya telah berbicara langsung dengan Presiden China Xi Jinping terkait masalah ini, namun detail pembicaraan mereka belum diungkap secara jelas.
Keputusan akhir terkait nasib TikTok di AS tampaknya akan menjadi salah satu ujian awal bagi Trump dalam masa jabatan barunya, dengan implikasi yang tidak hanya berdampak pada dunia teknologi tetapi juga hubungan diplomatik antara dua negara adidaya.
Baca Juga:Israel Akhirnya Menyudahi Genjatan Senjata Selama 15 Bulan Karena Adanya Problem Di Dalam NegaranyaPenampakan Bentuk Nitendo Switch 2 Yang Sudah Bocor Dan Booming Di Sosial Media Sekarang
TikTok telah menjadi salah satu aplikasi media sosial yang paling banyak digunakan di Amerika Serikat, dengan lebih dari 150 juta pengguna aktif. Namun, popularitas aplikasi ini telah lama dibayangi oleh kekhawatiran mengenai pengumpulan data pengguna yang berlebihan dan potensi akses pemerintah Tiongkok terhadap data tersebut. Para legislator AS menuduh bahwa TikTok dapat digunakan sebagai alat spionase dan propaganda oleh pemerintah Tiongkok, meskipun pihak ByteDance berkali-kali membantah tuduhan tersebut.
Pemblokiran TikTok di AS juga memiliki implikasi global. Langkah ini dapat memicu negara-negara lain untuk mempertimbangkan tindakan serupa terhadap aplikasi asing yang dianggap berisiko. Selain itu, ketegangan antara AS dan Tiongkok kemungkinan akan semakin meningkat akibat keputusan ini, menambah kompleksitas hubungan bilateral yang sudah tegang di berbagai bidang, termasuk perdagangan dan teknologi.