Kebijakan Anggaran Cirebon Tak Mendukung Pengembangan Wiisata

SENO DWI PRIYANTO/RADAR CIREBON
Para peziarah di kompleks Makam Sunan Gunung Jati, Kamis (24/4/2025). Makam Sunan Gunung Jati menjadi tempat wisata sejarah, budaya, dan religi dengan pengunjung terbanyak di Kabupaten Cirebon.
0 Komentar

Selain pembangunan fisik, yang tak kalah penting adalah memperkuat promosi daerah. Ia menilai saat ini isu pariwisata Cirebon masih belum booming. Kurang terdengar. “Kita harus sudah mulai jadi marketing Cirebon, sering menyampaikan potensi yang kita punya. Sebab, informasi tentang wisata kita masih kurang tersebar. Ini harus diperkuat,” katanya.

Ia berharap kebijakan menjadikan Cirebon sebagai pusat kebudayaan Jawa Barat menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya domain satu dinas saja. “Kalau infrastruktur sudah mendukung, maka gerakan ke arah sana bisa lebih cepat. Kita semua harus gerak bareng, geruyuk bareng, mulai dari merapihkan pasar batik dan menjadikan kawasan Trusmi seperti Malioboro, hingga memperkuat kelembagaan dan promosi,” tandas Syafrudin Aryono.

Seperti diketahui, saat menghadiri perayaan Hari Jadi Ke-543 Kabupaten Cirebon pada Senin (21/4/2025), Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan ingin mewujudkan Cirebon seperti Yogyakarta. Pria yang akrab disapa KDM itu mengatakan Cirebon punya banyak kelebihan. Seperti Sejarah, wisata, batik, kuliner, bahkan pelabuhan.

Baca Juga:Majalengka Lepas Ekspor ke Tiga NegaraTokoh Agama Beri Teladan Pelestarian Alam

Pengamat kebijakan di Cirebon Prof Dr H Adang Djumhur Salikin MAg kepada Radar Cirebon, Rabu (23/4/2025), mengatakan perlu peran investor dan Keraton Cirebon sebagai pemilik pakem. Butuh keseriusan pemerintah untuk mengelaborasi. “Mudah-mudahan ini harapan baru, tidak hanya omon-omon (menjadikan Cirebon sebagai kota budaya Jawa Barat dan seperti Yogyakarta, red),” Prof Adang Djumhur.

Harapan baru ketika rencana tersebut disampaikan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Di mana, ia belum lama dilantik. Prof Adang bilang, image Dedi Mulyadi sejauh ini telah terbangun apik. Artinya, seharusnya segala yang disampaikan Dedi Mulyadi bakal digarap secara serius.

“KDM (Kang Dedi Mulyadi) juga menjaga image, jangan sampai terkesan pencitraan. Jadi kita berharap memang dia serius dan ditindaklanjuti dengan langkah konkret,” ucap Guru Besar UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon tersebut.

Prof Adang berpendapat bahwa harus ada leading sektor untuk mewujudkan Cirebon seperti Yogyakarta. Instansi khusus yang fokus ditugaskan merealisasikan program yang disusun. Termasuk mengakomodir pendapat dari pengamat, akademisi, atau pihak keraton. “Mudah-mudahan melalui wibawa dan karisma gubernur, para pengusaha juga bisa berinvestasi untuk mengembangkan kawasan itu,” ucapnya.

0 Komentar