Sementara itu, pemerhati yang juga Tokoh Budayawan Cirebon Jajat Sudrajat mengkritisi penggantian nama Gedung Bakorwil menjadi Bale Jaya Dewata. Katanya, perubahan itu tidak memiliki dasar yang berhubungan dengan Kota Cirebon sebagai domisili letak gedung tersebut. “Saya kaget. Ini penamaan ini dasarnya apa?” kata Jajat, Kamis (24/4/2025).
Jajat menyayangkan sebagai tuan rumah tidak ada yang diajak berembuk tentang perubahan nama itu. Meski secara aset gedung tersebut milik Pemprov Jabar, namun secara domisili tetap berada di wilayah Kota Cirebon. “Kok tidak ada satu pun orang Cirebon yang diajak bicara. Kalau pun gubernur punya wacana, apa salahnya sih ngajak bicara?” ucap dia.
Sebagai orang yang tahu banyak sejarah Kota Cirebon dan sekitarnya, Jajat mengaku tidak memiliki ambisi untuk diajak diskusi oleh pihak Pemprov Jabar. Katanya, banyak tokoh lain di Kota Cirebon dan sekitarnya, yang bisa diajak bicara mengenai rencana perubahan nama tersebut.
Baca Juga:Gapeksindo Kawal Pembangunan Infrastruktur Menteri PANRB Temui Wapres, Laporkan Capaian Reformasi Birokrasi
Jajat menambahkan, perubahan nama Gedung Bakorwil atau Gedung Negara menjadi Bale Jaya Dewata, dikhawatirkan bakal menimbulkan polemik di masyarakat. Namun jika sebelumnya dilakukan pembicaraan dengan pihak-pihak terkait, kekhawatiran itu dimungkinkan tidak terjadi. “Terlepas itu nanti dari perwakilan keraton, perwakilan penggiat budaya, sejarah. Saya pikir untuk tidak menjadikan polemik,” jelasnya.
Lebih jauh, dirinya menyambut baik alih fungsi gedung bekas kerasidenan itu menjadi kantor Gubernur Jawa Barat. Namun yang menjadi keberatan dirinya, soal alasan mengganti nama menjadi Bale Jaya Dewata yang dinilainya tidak memiliki dasar.
“Selama itu tidak menyentuh bangunan, sah-sah saja. Artinya ada alih fungsi. Bukan itu yang kami tanyakan. Ini penamaan Bale Jaya Dewata ini konsepnya gimana? Dan dari mana nama itu?” paparnya.
Sepengetahun dirinya, Jaya Dewata merupakan raja yang ketika mudanya memiliki nama Raden Pamanahrasa. Setelah dinobatkan menjadi raja, namanya diganti menjadi Prabu Jaya Dewata dengan gelar Prabu Siliwangi.
Namun dengan penamaan Gedung Bakorwil menjadi Bale Jaya Dewata sebagai kantor Gubernur Jawa Barat, Jajat mengaku tidak mengerti konsep yang dimaksud. “Kalau dinyatakan Bale Jaya Dewata, bale kan tempat, artinya tempat Jaya Dewata, beliau belum pernah ke Cirebon kok,” tegasnya.