RADARCIREBON.ID – Di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, ada desa yang sangat terkenal. Namanya Desa Cisantana.
Desa yang masuk dalam wilayah Kecamatan Cigugur ini, terkenal karena lokasi yang indah dan sejarah masa lalunya.
Desa yang berada di lereng Gunung Ciremai ini memiliki sejarah masa lalu yang sangat unik. Terutama jika dilihat dari asal-usul sejarah namanya.
Baca Juga:Stadion Bima, Pusat Olahraga MalamIdentik dengan Jawa, di Suriname Juga Ada Warga Kuningan yang Tak Kembali dari Perantauan
Desa ini konon didirikan oleh 3 tokoh yang sangat terkenal. Mereka bermula mendirikan padepokan di Cigowong. Lokasi ini sekarang dijadikan Pos 1 pendakian Gunung Ciremai.
Ternyata Cisantana diambil dari nama bahasa pewayangan. Cisantana berasal dari 2 kata. Yakni “cis” yang berari keris dan “Santana” artinya menak atau elite.
Jadi kalau digabungkan, Cisantana adalah keris milik orang elit. Atau dengan arti lain keris yang melambangkan pemberani, dan elite menunjukkan orang-orang berwibawa, dan berpendidikan.
Nama desa ini juga terkait dengan sejarah masa lalu. Sejarah desa ini dimulai sebelum masa sebelum penjajahan Belanda.
Pendirian desa ini dimotori 3 tokoh sepuh yang diutus oleh Syekh Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati. Metere adalah Mbah Semut, Mbah Sanggem, dan Mbah Taluk.
Dalam mendirikan desa ini, mereka dibantu oleh Raden Arya Kemuning. Sejarah desa ini dimulai dari ketiga Mbah tersebut dengan mendirikan padepokan.
Padepokan ini berada di ketinggian sekitar 1400 meter di atas permukaan laut. Padepokan ini berada di kawasan lereng gunung yang sekarang dinamakan Cigowong.
Baca Juga:3 Bulan Mengarungi Lautan, Kisah Warga Kuningan Dikirim ke Belanda Lalu ke SurinameCaleg Gagal Dapil SMS Jadi Dalang Pembunuhan Berencana, Cuma Dapat 226 Suara
Bukti keberadaan 3 tokoh sepuh tersebut adalah adanya makam. Dua makam berada di Depok dan yang satunya berada di dekat kantor Desa Cisantana.
Sementara itu, pada tahun 1825 desa ini juga mengalami penjajahan Belanda. Dua jenderal yang menduduki desa ini. Yakni Jenderal Rosen dan Wiliamsi.
Ada satu hal yang mendorong Belanda datang ke Cisantana. Belanda ingin merampas hasil bumi yang melimpah di desa tersebut.
Ketika itu, masyarakat Cisantana memiliki hasil tani yang melimpah. Di antaranya adalah tanaman teh. Tanaman ini berada di dekat kawasan bumi perkemahan yang saat ini disebut dengan tanah Erpah (erpacht).