Cigowong, Kampung Mati di Kuningan, Sekarang Hanya Jadi Pos Pendakian Gunung Ciremai

cigowong kampung mati di kuningan
Kawasan Cigowong di Jalur Pendakian Gunung Ciremai yang dulunya merupakan sebuah kampung di Kabupaten Kuningan. Foto: Ofi Sofiyudin/Ist - radarcirebon.id
0 Komentar

Ternyata penyebabnya bukan hal-hal tersebut. Warga hengkang ramai-ramai dilatarbelakangi oleh faktor keamanan. Nyawa mereka terancam di kampung ketinggian tersebut.

Bermula pada tahun 1950. Sutiasi keamanan di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Banyak gejolak, ganguan dan pembetontakan di mana-mana.

Di antaranya pemberontakan bersenjata datang dari Darul Islam/Tentara Islam Indonesia atau DI/TII. Pemberontakan yang berpusat di Jawa Barat itu dipimpin Sekarmaji Marijan (SM) Kartosuwiryo.

Baca Juga:Kaliaren, Desa Terindah di Kabupeten Kuningan, Letaknya Persis di Kaki Gunung CiremaiStadion Bima, Pusat Olahraga Malam

SM Kartosuwuryo menggagas untuk mendirikan Negara Islam Indonesia. Ide itu datang sejak sebelum tahun 1945.

Namun gerakan itu terdeteksi pada tahun 1946 dengan terjadinya penyerangan terhadap pos dan markas pasukan Siliwangi di Malangbong.

Dalam perjalanannya, gerakan DI/TII semakin intensif. Mengganggu dan menyerang obyek-obyek vital Republik Indonesia.

Dalam mewujudkan cita-cita dan gagasannya untuk mendirikan negara Islam, Kartosuwiryo mengadakan konsolidasi. Setidaknya 3 kali konferensi dan terakhir di Cipeundeuy Tasikmalaya, Maret 1948.

Situasi yang tidak menentu tersebut juga dirasakan oleh warga Cigowong. Terjadi pergolakan antara Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan gerakan separatis DI/TII di sekitar lereng Gunung Ciremai.

Salah satu yang menjadi korban pergolakan itu adalah warga Cigowong. Banyak warga kampung itu yang habisi dan rumah mereka dibakar oleh gerombolan DI/TII.

Warga yang tersisa pun pergi menyelamaykan diri. Mereka menjauhi puncak Ciremai mengungsi ke wilayah barat.

Baca Juga:Identik dengan Jawa, di Suriname Juga Ada Warga Kuningan yang Tak Kembali dari Perantauan3 Bulan Mengarungi Lautan, Kisah Warga Kuningan Dikirim ke Belanda Lalu ke Suriname

Mulanya Warga mengungsi ke Santana atau Cisantana sekarang. Sebelum pemerintah merelokasi warga Cigowong ke tempat yang lebih aman di Palutungan.

Lahan di Palutungan tersebut merupakan hadiah dari pemerintah. Sebab, pemerintah menilai, warga Cigowong bahu membahu membantu penupasan gerombolan DI/TII di kawasan Gunung Ciremai.

Proses relokasi pengungsi Cigowong tersebut dumulai usai gerombolan anak buah Kartosuwiryo ditumpas. Warga yang mengungsi ke Santana kembali lagi ke atas. Mereka tidak kembali ke yang dulu, Cigowong, melainkan di kampung Palutungan.

Pemerintah memberikan hadiah kepada warga yang telah membantu menumpas pembetontak DI/TII. Pemerintah membagikan tanah kavling untuk warga Cigowong.

Ketika itu, ada sekitar 200 kepala keluarga (KK) secara merata mendapat lahan pemukiman. Masing-masing memperoleh lahan seluas 14 Bata. Atau sekitar 196 meter persegi.

0 Komentar