Singgung Leluhur Cirebon, Ini Jawaban Tegas KDM soal Nama Bale Jaya Dewata

kdm hadir di cirebon
KDM menjawab pertanyaan wartawan soal penamaan Bale Jaya Dewata di kantor Gubernur Jawa Barat di Jalan Siliwangi, Kota Cirebon. Foto: ade goestiana-radar cirebon.
0 Komentar

Chaidir bilang bahwa ia tak bicara keberatan soal penamaan tersebut. Karena bersifat subjektif. Setiap orang memiliki pendapat yang berbeda.

Tapi, pemilihan nama baru tak sejalan dengan historis gedung yang berlokasi di Jalan Siliwangi itu.

Prabu Siliwangi, imbuh Chaidir, memang sangat erat kaitannya dengan Cirebon. Karena Cirebon didirikan oleh putera Prabu Siliwangi yaitu Pangeran Walangsungsang yang juga dikenal sebagai Pangeran Cakrabuana.

Baca Juga:Pakai Skema Pendanaan Penuh, Simak Program Beasiswa untuk Mahasiswa Hasil Kolaborasi Kemenag, Baznas, dan LAZIni Profil Aan Suhanan Putra Asli Kuningan: Pensiun dari Kakorlantas Polri Kini Jadi Dirjen Perhubungan Darat

“Lewat media ini saya titip salam kepada Pak Gubernur KDM, kapan ngariung dengan para pegiat budaya di Cirebon, kita ngobrol santai. Sekaligus beliau juga bisa menyampaikan kenapa nih pakai nama Bale Jaya Dewata. Saya kira dengan komunikasi yang baik, tidak akan ada masalah,” ucap Chaidir.

Ya, pegiat budaya di Cirebon, lanjut Chaidir, baru mengetahui perubahan setelah plang nama dipasang. Itu pun, tahu dari grup-grup WhatsApp yang berseliweran memfoto plang baru tersebut. Dari situ, pegiat budaya mempertanyakan.

“Ya itu risiko, ganti penguasa, ganti kebijakan, termasuk mengganti nama ini dan itu. Bagi saya nama tidak masalah, masalahnya fungsinya gimana, isinya apa,” jelas Chaidir.

Ia menambahkan, bahwa sejak dulu fungsi Gedung Negara berubah-ubah. Dibangun tahun 1808 sebagai markas tentara kolonial dengan nama Gayeng Sekar. Meski disebut markas tentara kolonial, kata Chaidir, anggotanya merupakan warga Indonesia.

Seiring berjalan waktu, berubah menjadi Kantor Kerasidenan Wilayah III Cirebon. Lalu Kantor Pembantu Gubernur Wilayah III Cirebon. Kemudian sebagai Badan Koordinasi Wilayah atau Bakorwil.

“Setelah Bakorwil berakhir, difungsikan oleh Gubernur Ridwan Kamil sebagai pusat budaya atau kreatif center. Ridwan Kamil pakai nama Ahmad Suhara,” ungkap Chaidir.

Penamaan Ahmad Suhara, imbuhnya, juga tak melalui musyawarah pegiat budaya di Cirebon. Ahmad Suhara, kata Chaidir, bukan tokoh Cirebon. Tapi tokoh sunda yang dikagumi Gubernur Jabar -saat itu- Ridwan Kamil.

Baca Juga:Para Menteri Bahas Program Makan Bergizi Gratis: Tata Kelola yang Efektif, Efisien, dan BerkelanjutanSiapa Sangka, Nabung Seribu Sehari Bisa Bawa Pemulung Naik Haji

Senada disampaikan Jajat Sudrajat, pegiat budaya Cirebon lainnya. Ia mengkritisi penggantian nama Gedung Bakorwil menjadi Bale Jaya Dewata.

Katanya, perubahan oleh KDM itu tidak memiliki dasar yang berhubungan dengan Kota Cirebon sebagai domisili letak gedung tersebut.

0 Komentar