Hal ini bisa menyebabkan penurunan pemahaman mereka tentang etika bersosialisasi, menciptakan generasi yang kurang peka terhadap norma sosial dan budaya. Selain itu, kecanduan gawai juga berhubungan dengan peningkatan kasus perjudian online di kalangan anak-anak dan remaja.
Menurut data dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) pada Juli 2024, sekitar 80.000 anak di bawah 10 tahun dan 440.000 remaja berusia 10 hingga 20 tahun terlibat dalam atau terpapar perjudian online.
Angka ini menggambarkan betapa rentannya anak-anak terhadap ancaman digital yang berbahaya.
Baca Juga:Budayawan: Penetapan Hari Jadi Majalengka Seharusnya 11 FebruariPolres Indramayu Beri Bantuan Kaki Palsu dan Sembako kepada Warga Penyandang Disabilitas
Melihat data ini cukup miris, orang tua perlu membatasi waktu anak bermain perangkat pintar.
Jika anak merasa kecewa karena tidak diizinkan bermain gadget, cobalah menawarkan alternatif kegiatan lain.
Seperti mengajak anak bermain di luar atau melakukan aktivitas kreatif bersama. Dengan memberikan pilihan yang menarik, anak akan lebih mudah menerima keputusan orang tua. Orang tua juga harus konsisten dalam menerapkan aturan dalam penggunaan gawai.
Jika anak mengetahui kapan dan seberapa lama mereka boleh bermain, mereka akan lebih mudah menerima batasan tersebut. Tentukan waktu khusus untuk bermain gadget dan pastikan ada waktu untuk kegiatan lain yang mendukung perkembangan anak.
Meski gadget memiliki berbagai manfaat, anak-anak sebaiknya tidak menggunakannya secara berlebihan. Penggunaan terlalu lama dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental mereka, serta menghambat perkembangan keterampilan sosial dan kreativitas.
Sebagai gantinya, dorong anak-anak untuk aktif bergerak, berkreasi, dan mengeksplorasi dunia nyata tanpa tergantung pada gadget. Dengan panduan yang baik dari orang tua, anak-anak dapat tumbuh dengan sehat dan seimbang.
MEDIA SOSIAL RAMAH ANAK
Beberapa platform media sosial kini mulai meluncurkan versi khusus untuk anak-anak, seperti YouTube Kids, TikTok for Kids, dan berbagai aplikasi edukasi lainnya.
Baca Juga:Lucky Hakim-Syaefudin Luncurkan 14 Program Percepatan Visi Indramayu Reang, Inilah Poin LengkapnyaDPRD Soroti Kinerja Setda Kuningan Masalah Gagal Bayar
Platform-platform ini dirancang untuk memastikan konten yang ditampilkan sesuai dengan usia dan kebutuhan anak-anak. Misalnya, YouTube Kids menyaring video berdasarkan kelompok usia dan memberi orang tua kontrol untuk membatasi jenis konten yang dapat diakses oleh anak mereka.
Meski langkah-langkah ini sudah cukup membantu, namun masih ada tantangan yang harus diatasi. Salah satunya, terbatasnya pengawasan terhadap konten yang masuk.