Kebangkitan Nasional Bukan 20 Mei

Ilustrasi
Ilustrasi. Foto: Istimewa.
0 Komentar

Tuntutan pemerintahan sendiri segera tersebar luas di seluruh penjuru negeri, apalagi konggres tersebut diikuti oleh 80 utusan cabang se-Indonesia baik Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara dan lain-lain. Sejak saat itu kota Bandung dijuluki The City of freedom (kota kemerdekaan), tempat dicetuskannya pertama kali kemerdekaan bangsa ini dari penjajahan Belanda.

Sebelumnya saat konggres SI tahun 1913 di Surabaya, menghasilkan keputusan untuk “Membangun kebangsaan, mencari hak-hak kemanusiaan yang memang sudah tercipta oleh Allah, serta menjunjung derajat yang masih rendah”. Pernyataan ini merupakan lompatan yang jauh ke depan. Betapa tidak, SDI yang berubah menjadi SI , yang semula adalah organisasi dagang lalu berubah menjadi organisasi politik yang berwawasan nusantara, dengan semangat keindonesiaan.

Secara jujur, tokoh Budi Utomo, Gunawan Mangunkusumo mengatakan bahwa , rakyat di desa-desa umumnya tidak mengenal istilah “ Tanah air “. Mereka hanya tahu bahwa dirinya Muslim. Bagi mereka agama sama saja dengan Tanah Air. Pandangan ini muncul tahun 1918, artinya 10 tahun sebelum konggres pemuda 1928. Hal Ini Berarti, orientasi masyarakat kita masih pada Syahadat.

Baca Juga:Tinjau Proses Seleksi PPPK di Bandung, Wakil Bupati Indramayu: Kita Ingin Proses Ini Benar-benar BersihBupati Indramayu Dorong Akselerasi Pembangunan Infrastuktur Jalan Tol Indrajati

Harry J. Benda berpendapat, bahwa di masa lalu, kesadaran nasional Indonesia yang tumbuh, selalu menggunakan idiom-idiom ke-Islaman, karena Islam adalah satu-satunya kekuatan idiologi terbesar yang secara nyata memisahkan yang terjajah dan yang penjajah.

Karenanya mampu memberikan sense on identity , sering menjadi kekuatan penghimpun, serta de facto berhasil memercikkan api-api sentimen nasional. Lebih jauh G.G. Idenburg menyebut, SI telah berhasil memunculkan kesadaran nasional orang-orang pribumi.

PAMUNGKAS

Clifford Gertz dalam Islam Observerd Religious Development In Marocco And Indonesia , menyatakan bahwa perkembangan pesantren selain mengajarkan pembaharuan Islam dengan membersihkan Islam dari pengaruh adat, juga mengakibatkan timbulnya komunitas baru yang anti penjajahan dan anti imperialisme.

Dan karenanya, setelah SDI lahir 16 Oktober 1905, muncullah banyak organisasi modern, baik Budi Utomo sendiri, Muhammadiyah, , Persis, Al Irsyad Al Islamiyyah, Nahdhatul Ulama, PUI, Indische Party dan sebagainya. (*)

*Penulis adalah Pemerhati Sejarah Sosial Budaya, Tinggal di Cirebon

0 Komentar