“Itulah kemudian yang memunculkan pula teori manajemen resiko dan membuat industri asuransi subur di tengah masyarakat,” tulis Kirin.
Ketakutan akan kematian, katanya, yang kemudian membuat perkembangan industri kedokteran dan kesehatan semakin detail dan kompleks.
Dia menyebutkan, ketakutan masa lalu yang juga kerap membayangi manusia dalam menyusuri kehidupan. Bayangan masa lalu kerap dihindari untuk menolak kondisi yang disebut kesengsaraan sebagai lawan dari kebahagiaan.
Baca Juga:Kopi Gunung Aci, Kopi dari Pedalaman Kabupaten Kuningan, Asamnya Lebih BerasaKDM: Rendahnya Investasi di Kawasan Rebana karena Minimnya Pembangunan Infrastruktur
Bahkan, tandas dia, bagi yang percaya kehidupan setelah mati, juga ada bayangan ketakutan. Terutama ketakutan akan kesengsaraan usai kematian.
Hal itu yang membuat manusia berlomba-lomba memoles keyakinan sedemikian rupa agar mencapai kebahagiaan. Dengan menjadikan agama sebagai solusi atas kesengsaraan kehidupan setelah mati.
Ketakutan bisa difahami sebagai reaksi berlebihan atas segala peristiwa yang belum dialami seseorang. Ketakutan lahir dari bayang-bayang kesengsaraan masa depan yang mungkin atau bahkan mustahil terjadi.
Dari mana sumber ketakutan? Menurutnya, ketakutan bersumber dari daya pikiran yang bukan terjadi di wilayah logis. Boleh jadi ketakutan merupakan lawan dari logika yang tidak berujung kepada pemahaman terhadap sesuatu.
“Ketakutan tidak terdapat pada sesuatu yang ada di luar diri, melainkan ada pada diri manusia,” tegasnya.
Hal itu, menurut Kirin, bergantung kepada cara seseorang memandang sesuatu. Bisa yang dianggap sebagai racun pada ular tertentu sudah ada baik itu dipikirkan atau tidak dipikirkan manusia.
Dia memberikan contoh, seorang sufi yang dikenal dengan tarian Darwisnya, menganggap seseuatu yang biasa terhadap apa yang paling ditakuti manusia yakni kematian.
Baca Juga:KDM: Rendahnya Investasi di Kawasan Rebana karena Minimnya Pembangunan InfrastrukturDisebut Mirip Pendidikan Barak Militer ala KDM, Family Center jadi Model Sangat Penting di Finlandia
Menurutnya, kematian hanyalah tipuan pancaindra. Pancaindra kemudian mengesankan bahwa adanya keterpisahan ruh dan jasad yang sejatinya tak pernah terjadi.
Bahkan para mistikus Islam menganggap kematian merupakan keindahan sebagai proses penyempurnaan.
Al Ghazali, sebagai penganut tasawuf mengeluarkan karyanya untuk melawan teror dan ketakutan dalam hidup dengan judul “Kimia Kebahagiaan”.
Dia menjelaskan bagaimana pencapaian seseorang untuk menempuh jalan kebahagiaan.
Al Ghazali mendedah persoalan tersebut dalam anatomi diri seseorang. Mulai dari keinginan, akal yang kemudian mengejawantah dalam perbuatan.
Manusia, menurut Al Ghazali, berbeda dengan hewan karena memiliki keinginan dan akal sebagai bekal kebebasan berkehendak. Hewan mustahil bebas berkehendak karena hanya dibekali keinginan tanpa akal dalam arti pemahaman.