Tulisan yang Tak Terbaca: Krisis Berpikir pada Era Digital

Ilustrasi
Ilustrasi. Foto: Istimewa.
0 Komentar

Membaca buku adalah proses yang sangat panjang. Hasil Bacaan ditungakan dalam bentuk konsep, tulis tangan. Setelah berkali-kali dicek, coret ulang kemudian konsep tersebut dipindahkan ke bentuk tulisan dengan menggunakan mesin tik (Bother, misalnya). Mesin tik adalah teman yang tidak pernah menjadikan suasana sepi karena ketukan huruf pada papan ketik berbunyi menyenangkan. Mengetik menggunakan mesin tik memerlukan kesabaran, keberhati-hatian.

Proses panjang itu menyimpan ingatan yang cukup lama. Proses peralihan pikiran para ahli menjadi bagian dari pikiran kita terus tersimpan dalam ingatan. Inilah proses berpikir pada saat Anna berkuliah di program sarjana. Pada saat berkuliah di program pascasarjana masih berjalan proses seperti itu meski internet mulai membantu proses pencarian rujukan.

Kini dunia digital bekembanng sangat pesat. Semua sudut kehidupan dikuasai digital. Langkah gerak hidup diurus aplikasi. Pemenuhan kebutuhan lebih mudah, bisa dilakukan dalam waktu sangat singkat. Segala urusan kita bisa dijalankan dengan aplikasi, termasuk semua urusan perkuliahan. Perkuliahan masa kini serba digital. Dunia digital telah menyedikan aplikasi keperluan kita menyelesaikan tugas.

Baca Juga:Penderita HIV/AIDS di Wilayah Puskesmas Munjul MeningkatBupati Serahkan Alsintan, Dukung Ketahanan Pangan Nasional

Kita tidak bisa menghindar dari kemajuan. Kita tidak bisa menafikan penggunaan teknologi. Akan tetap, kebijakan diri yang harus dijadikan dasar penggunaan. Aplikasi adalah media yang dapat memperlancar dan memudahkan pekerjaan kita. Aplikasi adalah media yang seharusnya mencerdaskan kita.

Banyak mahasiswa Anna yang belum memahami bagaimana memperlakukan aplikasi. Mereka “berbahagia” dengan maraknya aplikasi yang dapat digunakan untuk “menggantikan” tugas mereka. Mereka dapat menyelsaikan dalan sekejap.

Aplikasi bisa dijadikan solusi membantu menyelesaikan tugas mahasiswa, bukan menggantikan. Dosen harus membantu mahasiswa menggunakan aplikasi dengan cerdas. Pembantuan dilakukan melalui peraturan. Dasar aturan adalah menjadikan mahasiswa menggunakan pikiran kritis, melalui proses transformatif. Dosen harus mengikuti proses setiap langkah mahasiswa.

Apa yang dilakukan mahasiswa harus diperiksa agar mereka tidak mengambil jalan pintas seperti langsung meminta AI membuatkan makalah. Salah satu “kemudahan” aplikasi adalah dapat menyusunkan makalah dalam waktu sekejap. Perbuatan ini menghilangkan proses. Mahasiswa terima jadi. Hilangnya proses menjadikan mahasiswa tidak memiliki apa pun. Bahkan menurut pengalaman Anna mahasiswa tidak mampu menjelaskan apa pun yang terdapat pada tulisan. Kondisi ini dapat menuntun mahasiswa ke arah “kebodohan” karena tidak memorinya kosong. Oleha karena itu, Anna mengharuskan mahasiswa membaca teks.

0 Komentar