Padjajaran Cimande Kuningan Teguhkan Komitmen Merawat Warisan Leluhur

ist
PAGURON SILAT: Padjajaran Cimande Kuningan tak hanya mengukuhkan posisinya sebagai perguruan silat, namun juga sebagai benteng pelestari budaya dan pengawal nilai-nilai kearifan lokal yang kian penting di tengah arus modernisasi.
0 Komentar

RADARCIREBON.ID– Para pendekar dari Perguruan Padjajaran Cimande Kuningan meneguhkan kembali komitmennya untuk menjaga dan merawat warisan leluhur, dengan menanamkan nilai-nilai spiritual, etika, dan kebudayaan dalam setiap gerak langkah organisasi.

Melalui semangat ini, Padjajaran Cimande Kuningan tak hanya mengukuhkan posisinya sebagai perguruan silat, namun juga sebagai benteng pelestari budaya dan pengawal nilai-nilai kearifan lokal yang kian penting di tengah arus modernisasi.

Majelis Pendekar sekaligus Guru Besar Padjajaran Cimande Kuningan, Yoyo Sumaryo, menyampaikan tiga pesan luhur yang menjadi bekal utama dalam kepemimpinan dan pengabdian. Pesan tersebut bukan sekadar petuah, melainkan bentuk peneguhan kembali ruh Cimande sebagai jalan hidup yang menyatukan kekuatan raga dan ketajaman rasa.

Baca Juga:Polres Indramayu Bongkar Belasan Kasus Narkoba, Puluhan Tersangka Diamankan Sepanjang Mei 2025Pelantikan Pengurus Korpri Kuningan: Bupati Dian Ajak ASN Perkuat Dedikasi dan Integritas

“Jalankeun ibing jalan tengah, kudu bisa sia! Jalankeun ibing pageur, kudu bisa siap! Jalankeun ibing bandras, kudu bisa siap!” serunya penuh semangat.

Ia menegaskan bahwa regenerasi pendekar Cimande tidak cukup hanya dengan latihan fisik, tetapi harus dibarengi dengan pembinaan moral, spiritualitas, dan penguatan jati diri bangsa.

“Ibing jeung amal kudu babarengan. Luluhur urang teu ngajarkeun silat pikeun sombong, tapi pikeun ngaraketkeun diri ka Gusti,” ujar Yoyo Sumaryo, menekankan filosofi luhur pencak silat sebagai jalan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Ketua terpilih Padjajaran Cimande Kuningan, Dedi Hendryana, dalam sambutannya menyatakan bahwa ketiga pesan kasepuhan itu akan menjadi napas perjuangan dalam masa kepemimpinannya. Ia memaknai pesan-pesan tersebut layaknya jurus alif yang pertama kali ia pelajari terlihat sederhana, namun menyimpan makna mendalam tentang iman dan akhlak.

“Kepemimpinan sejati bukan sekadar jabatan, tapi tentang menjaga nilai dan menjadi pribadi yang lurus serta bermanfaat,” tegas Dedi, kemarin (1/6).

Ia kemudian menjabarkan makna dari tiap pesan sakral tersebut. Pertama, jalankeun ibing jalan tengah, yang berarti menjalani hidup secara seimbang, tidak terombang-ambing oleh kekuasaan atau kepentingan pribadi, namun tetap setia pada jalur keadilan dan kebijaksanaan.

Pesan kedua, jalankeun ibing pageur, dimaknainya sebagai kewajiban untuk menjaga iman dan nilai-nilai tauhid, seperti pagar yang menjaga rumah, dilakukan dengan tindakan nyata, bukan hanya kata-kata.

0 Komentar