“Peran media sangat penting dalam menciptakan pemahaman yang objektif. Hal ini turut berkontribusi pada pencapaian kami yang berhasil menempati posisi kedua berdasarkan survei kepuasan masyarakat,” jelas Wahyu.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kuningan dr Hj Susi Lusiyanti MM turut memberikan tanggapan atas rendahnya skor yang diperoleh instansinya. Ia menyampaikan bahwa pihaknya belum mengetahui secara pasti indikator yang digunakan dalam survei tersebut.
“Kami belum mendapat penjelasan mengenai tolok ukur yang dipakai. Padahal, dari sisi pelaksanaan program 100 hari, kami telah menyelesaikan semua kegiatan sesuai rencana,” ungkapnya, Minggu (1/6/2025).
Baca Juga:Polres Indramayu Bongkar Belasan Kasus Narkoba, Puluhan Tersangka Diamankan Sepanjang Mei 2025Pelantikan Pengurus Korpri Kuningan: Bupati Dian Ajak ASN Perkuat Dedikasi dan Integritas
Ia juga menambahkan bahwa sejumlah program penting yang telah dijalankan Dinkes tidak tercantum dalam laporan capaian 100 hari, seperti inisiatif Kabupaten Bebas Buang Air Besar Sembarangan (ODF), pembagian 200 sertifikat PIRT kepada pelaku UMKM, pemberian makanan tambahan untuk balita berisiko stunting, serta layanan Cek Kesehatan Gratis (CKG).
“Banyak kegiatan yang mendukung program 100 hari, namun tampaknya tidak dimasukkan dalam catatan penilaian,” tambahnya.
Selain mempertanyakan indikator, dr Susi juga menyinggung soal siapa saja yang menjadi responden dalam survei tersebut. Ia meragukan apakah kelompok sasaran Dinkes, seperti masyarakat kurang mampu dan penerima bantuan BPJS, ikut dijadikan responden dalam survei tersebut.
“Kami melayani kelompok rentan, terutama penerima bantuan kesehatan. Apakah mereka dilibatkan dalam survei ini?” tanyanya.
Meski demikian, Dinkes tetap berkomitmen untuk mendukung penuh visi dan misi kepala daerah, khususnya dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Kuningan. Ia berharap evaluasi serupa di masa mendatang dilakukan secara terbuka, dengan kriteria dan sasaran yang jelas. (ags)