2 Perkawinan Snouck Hurgronje dengan Wanita Sunda, Diakui Anaknya yang Tinggal di Belanda

pernikahan snouck hurgronje dengan wanita sunda
Snouck Hurgronje pernah menjalin pernikahan dengan 2 wanita Sunda. Foto: Biografieportaal - tangkapan layar - radarcirebon.id
0 Komentar

RADARCIREBON.ID – Christiaan Snouck Hurgronje, seorang orientalis Belanda yang ditugaskan di Hindia Belanda, hingga kini kisahnya masih terus menjadi perbincangan.

Kemampuannya membaur dengan masyarakat, mendalami agama hingga kitab suci Agama Islam, membuatnya menjadi sosok legendaris.

Hal tersebut tidak lepas dari studi yang didalami Snouck Hurgronje mengenai Islam dan Budaya Timur.

Kisah cinta Snouck Hurgronje dengan 2 wanita sunda juga menarik disimak.

Baca Juga:Raden Joesoef Anak Snouck Hurgronje Pernah jadi Polisi di CirebonKalahkan Jerman, Portugal ke Final, Ronaldo Jadi Penentu Kemenangan

Dia dikenal sebagai peneliti, meski banyak yang menudingnya adalah seorang mata-mata.

Terutama terkait dengan peristiwa Aceh. Snouck Hurgronje disebut berkontribusi lewat aksi spionase yang dilakukannya.

Tak hanya Aceh, Snouck yang bisa Bahasa Arab dan membaca Alquran bahkan bias masuk ke Kota Mekkah dengan nama samaran Abdul Ghaffar alias Gopur.

Dengan identitas itu dia berkawan dengan Hasan Mustapa (1852-1930), yang meyakini Gopur sebagai saudara seiman. Dia mendalami Islam sampai ke Jawa Barat dengan membaur dengan kalangan penghulu.

Setidaknya, Snouck dua kali kawin dengan perempuan Sunda. Pertama dengan Sangkana pada 1890, yang melahirkan Salamah Emah, Oemar, Aminah dan Ibrahim.

Kedua dengan Siti Sadijah pada 1898, yang melahirkan Raden Joesoef. Sangkana dan Sadijah adalah anak penghulu.

Sangkana anak penghulu dari Ciamis, Raden Haji Muhammad Ta’ib. Sedangkan Sadijah adalah anak dari penghulu Bandung bernama Raden Haji Muhammad Sueb alias Kalipah Apo.

Baca Juga:Gunung Kuda Tetap Digali, Walau Sudah 5 Kali Longsor, Ada Pelanggaran Metode PenambanganMusibah Gunung Kuda Jadi Sorotan Media AS, Kutip Pernyataan KDM

“Perkawinan antara ayah dan ibu saya dilangsungkan pada tahun 1898, ketika ibu baru berusia 13 tahun,” aku Joesoef dalam buku P. Sj. van Koningsveld, Snouck Hurgronje dan Islam: delapan karangan tentang hidup dan karya seorang orientalis zaman kolonial.

Ketika menikah dengan Sadijah, umur Snouck sudah 41. Sementara Sadijah masih di bawah umur kala itu—dia kelahiran 1885.

Setelah berusia sekitar 20, barulah Sadijah melahirkan Joesoef. Waktu Snouck pulang ke negerinya pada 1906, anak bungsunya, Raden Joesoef, baru berumur setahun.

Lewat Hasan Mustapa, Snouck meminta keluarga yang ditinggalkannya itu diperhatikan.

“Begitu pula permintaanmu supaya saya khusus memperhatikan keadaan Joesoef dan ibunya,” tulis Mustapa pada Snouck dalam surat bertanggal 23 Februari 1911, seperti dikutip Jajang A. Rohmana dalam Informan Sunda Masa Kolonial: Surat-surat Haji Hasan Mustapa untuk C. Snouck Hurgronje dalam Kurun 1894-1923.

0 Komentar