RADARCIREBON.ID – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menyampaikan pidato menarik di HUT ke-598 Kota Cirebon.
Salah satunya adalah bertanya kepada Walikota Cirebon, Effendi Edo, akan dibawa ke mana Kota Cirebon nantinya.
“Kota Cirebon mau dibawa ke mana?” tanya Kang Dedi Mulyadi (KDM), sapaan akrabnya, Sabtu, 28, Juni 2025.
Baca Juga:Pidato Hari Jadi Cirebon, KDM Minta Tidak Malu Jalankan Ajaran Leluhur, Contohnya Bali dan JogjakartaBocoran dari Pentagon: Rudal Hipersonik China bisa Hancurkan AS dalam 30 MenitItu
Di kesempatan itu, KDM menyatakan, ada beberapa standarnya sederhana yang perlu dipenuhi untuk Kota Cirebon.
Apalagi dengan APBD sebesar Rp 1,7 triliun dan penduduk hanya 350 ribu orang. Seharusnya, sangat bisa dan mencukupi.
Pertama, jalan-jalannya harus baik. Sampai gang kecilnya, harus rapih tertata.
“Gangnya di-paving block jangan hot mix agar airnya meresap,” kata KDM di Ruang Rapat Paripurna Griya Sawala, DPRD Kota Cirebon.
Kedua, kata dia, perlu ditanami pohon yang khas Kota Cirebon. Misalnya, pohon jamblang dan pohon jati.
“Pohon apa? Nasi-nya nasi jamblang. Berarti ditanami pohon jamblang di pinggir jalan. Pohon jamblang itu ada. Kalau jati kan tidak bisa ditanam di pinggir jalan,” tuturnya.
Kemudian, di setiap belakang kantor seperti walikota, kantor apapun, harus ditandai dengan tanaman pohon jati. Ini penting sebagai ciri khas.
Ketiga, desain arsitekturnya jangan dibikin asal-asalan.
“Saya ini ingin banget bikin pagar khas Cirebonan, dibikin di kampung saya. Walaupun jauh dari mirip. Tukang tembok saya dilatih selama sebulan. Karena bagi saya, ini rasa cinta bagi leluhur,” bebernya.
Baca Juga:Muharram jadi Bulan Berkabung bagi Iran, Ada Tazieh hingga Nakhl Gardani, Peringati Tragedi KarbalaAyatollah Khomeini: Trump Mulut Besar dan Biasa Berbohong
Di Cirebon, kata KDM, sekarang temboknya mulai asal-asalan. Tidak artistik lagi, karena berbasis proyek. Bukan berbasis cinta.
“Kalau sudah berbasis proyek pak, sama dengan kita ke PSK. Nggak ada kita memperhatikan dia, bagaimana kesehatannya, keselamatannya. Habis itu buang badan, pura-pura tidak kenal,” selorohnya.
Begitu juga ketika melakukan pembangunan berbasis proyek, utamanya untung lebih dahulu. Temboknya menjadi tidak tertata, jalannya tidak berarturan.
Oleh karena itu, KDM meminta para kepala daerah untuk detil melihat satu demi satu anggaran. Sebab, hal tersebut penting sebagai bentuk mengendalikan birokrasi.
“Kang Dedi ngapain sih detil seperti ini. Karena nggak bias ngurus birokrasi gubernur tidak detil. Nggak bisa ngurus birokrasi walikotanya nggak detil. Nggak bisa. Ditipu,” paparnya.