Makanan seperti pepes, botok, nagasari, klepon dan banyak lagi yang dibungkus pakai daun pisang, nikmatnya luar biasa!
Mengapa? Karena daun pisang ikut ‘masak’ bersama nasi. Saat dipanaskan, busa melepaskan senyawa alami seperti linalool dan 2-acetyl-1-pyrroline, yang juga ditemukan di nasi pandan dan beras wangi.
Inilah yang membikin lontong daun mempunyai aroma khas yang ringan tapi menggoda. Selain itu, daun pisang bisa menyerap uap air berlebih, membikin tekstur lontong lebih stabil.
Baca Juga:Welas Asih Itu Bukan Bahasa Sunda, KDM Tuai Kritik Tajam, Usai Ganti Nama RS Al IhsanKertajati Kian Merana, Harta Karun Tersembunyi Itu Justru Jadi Petaka
Selain juga tidak licin atau lembek di luar, dan tidak keras di dalam. Daun pisang aman, alami, dan nggak nyisain bahan kimia di makanan.
Sementara plastik, tidak bisa memberikan rasa apa-apa. Tapi kalau terkena panas, bisa melepas zat seperti BPA dan mikroplastik.
Bau lontong yang menggunakan plastik kadang malah aneh. Seperti plastik yang kelamaan dijemur. Teksturnya sering tidak konsisten: lembek di luar, keras di tengah.
Dan lebih jauh lagi, daun pisang sampahnya bisa dijadikan kompos. Sementara sampah plastik sangat sulit untuk terurai.
Masakan leluhur itu mungkin tidak disajikan di piring mahal. Tapi rasanya membikin terdiam, senyum, dan merasa ingin pulang ke kampung halaman.
Karena mereka memasak bukan untuk rating bintang lima. Mereka memasak untuk membuat anak pulang sekolah yang lapar. Untuk suami yang baru pulang dari sawah. Juga untuk tamu yang ingin disambut hangat.
“Dan yang kita makan hari ini, bukan cuma makanan—tapi resep ratusan tahun yang diracik pelan-pelan, diwariskan turun-temurun dari tangan ke tangan, dari hati ke hati,” tulisannya.
Baca Juga:Hanya Dalam 43 Detik, Little Boy Itu Lenyapkan Kota Hiroshima7 Tokoh Revolusi Iran Ini Bernasib Tragis, Hanya Tersisa Ayatulloh Khomeini
“Mereka nggak masak instan. Nggak ngandelin penyedap rasa atau alat serba cepat. Tapi mereka sabar: menumbuk, menumis, membungkus, membakar. Dan ditambahi doa,” tambahnya.
Makanya jangan heran, masakan mereka bisa lebih nikmat dari restoran mana pun di perkotaan.Karena di balik setiap suapan, ada cinta, ada cerita, dan ada tanah tempat kita berasal.
“Restoran bisa bikin kamu kenyang. Tapi masakan leluhur bisa bikin kamu pulang,” ujar Kopidiyyah mengakhiri unggahnya.