RADARCIREBON.ID – Thrifting, atau kegiatan berburu pakaian bekas layak pakai, masih menjadi tren yang digemari masyarakat, terutama dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terbukti dari terus bertahannya bahkan menjamurnya pelaku usaha thrifting di Kota Cirebon.
Pakaian bekas impor kini mudah ditemukan, terutama di pusat kota atau area ramai. Biasanya, pakaian termurah dipajang di bagian depan toko agar menarik perhatian masyarakat yang melintas. Strategi ini cukup efektif untuk membuat orang mampir, melihat-lihat, dan akhirnya membeli.
Dibandingkan dengan pakaian baru, barang thrift tentu jauh lebih murah. Dengan uang Rp100 ribu, pembeli sudah bisa mendapatkan satu set pakaian—baju dan celana—dengan kualitas yang tak kalah layak pakai dibanding produk baru.
Baca Juga:Kuota Beasiswa Belajar ke Timur Tengah di Pesantren Bina Insan Mulia MelimpahAnggaran Bagi Hasil PKB Belum Masuk, DPUTR Garap Jalan Dengan Anggaran Dari APBD Kabupaten Cirebon
Budi, warga Kota Cirebon, mengaku sudah beberapa tahun terakhir lebih memilih membeli pakaian lewat thrifting, terutama menjelang Lebaran.
“Yang penting nyaman dipakai dan terlihat bagus saat dikenakan. Lagipula, orang juga tidak akan tahu kalau ini baju bekas,” ujar Budi kepada Radar Cirebon.
Pantauan Radar Cirebon di sejumlah lokasi thrift, pembeli memang harus lebih jeli. Karena barang bekas, ada kalanya pakaian memiliki kekurangan, seperti sobekan kecil atau noda membandel yang sulit dihilangkan.
Harga pakaian thrift umumnya menyesuaikan kondisi barang. Semakin bagus dan mendekati kondisi baru, harganya pun akan lebih tinggi. Begitu pula sebaliknya.
Menariknya, beberapa pakaian ber-brand terkenal juga bisa ditemukan di lapak-lapak thrifting. Misalnya Ben Sherman, Uniqlo, Serio Ludere, Giordano, Levis, dan lainnya.
Harga yang ditawarkan cukup variatif. Blouse atau atasan longgar bisa dibeli mulai dari Rp20 ribu, sedangkan sweater berbahan tebal dibanderol lebih tinggi. (ade)