Ada BUMD di Kota Cirebon Sedang Sakit: Merger atau Bubar Saja?

bumd kota cirebon
BUMD sakit, pilihannya merger atau bubar? Foto: radar cirebon.
0 Komentar

RADARCIREBON.ID- Sejumlah BUMD milik Pemkot Cirebon dalam kondisi sakit. Ibaratnya, cacingan alias tidak sehat. Sudah ada suntikan modal, tapi tidak ada timbal balik untuk PAD. Bahkan rugi.

Wacana merger atau penggabungan dua atau lebih perusahaan pun mencuat. Misalnya PD Pembangunan, Perumda Pasar Berintan, dan Perumda Farmasi Ciremai. Ada juga yang meminta BUMD sakit dibubarkan saja.

Salah satu yang mendapat sorotan adalah Perumda Farmasi Ciremai. Meski mendapat suntikan modal sekitar Rp2,5 miliar, tapi tak ada kontribusi untuk PAD (pendapatan asli daerah).

Baca Juga:Ini Dia Kandidat Sekda Kabupaten Cirebon, Siapa yang Lebih Diunggulkan?Biaya Perjalanan Dinas Kepala Daerah di Cirebon Habis, Tiap Pekan Ada Saja Agenda Luar Kota

Sorotan juga ke Perumda Pasar Berintan. Meski mengelola sekitar 10 pasar, tapi kontribusi untuk PAD hanya sekitar Rp300 juta per tahun.

Dalam catatan Radar Cirebon, suntikan modal, salah satunya untuk Perumda Farmasi Ciremai. Terjadi pada tahun 2022. Saat itu dibahas bersama Komisi II DPRD Kota Cirebon.

Kala itu, dalam rapat bersama tersebut, direksi Perumda Farmasi Ciremai mengajukan rencana penyertaan modal sebesar Rp2,5 miliar guna memenuhi kebutuhan operasional dan kebutuhan lainnya. Pengajuan penyertaan modal itu karena keuangan Perumda Farmasi Ciremai sedang kesulitan. Bahkan, dianggap cukup kompleks.

“Agenda hari ini (rapat bersama) untuk membahas permohonan dari Perumda Farmasi perihal penyertaan modal. Kondisi keuangannya dari tahun 2017 sudah kesulitan. Sebelum direksi saat ini, kondisinya sudah begitu (kesulitan),” kata Ketua Komisi II DPRD Kota Cirebon saat itu, Watid Sahriar.

Dan, satu-satunya cara untuk mengatasi kondisi keuangan yang sulit itu yaitu dengan penyertaan modal. Kalau tidak, berdampak pada terhambatnya aktivitas bisnis dan pelayanan di Perumda Farmasi Ciremai.

“Kalau untuk mengatasi, seperti stok obat yang jauh sangat kurang, kemudian masalah lainnya, tidak mungkin dari modal sendiri. Oleh sebab itu, mereka (Direksi Perumda Farmasi Ciremai) ajukan Rp2,5 miliar (penyertaan modal),” kata Watid, kala itu.

Kondisi yang dialami Perumda Farmasi Ciremai menjadi salah satu cerminan bahwa pengelolaan perusahaan daerah belum berjalan efektif. “Secara umum saya kira inilah sebetulnya tantangan dari perusahaan daerah, tata pengelolaannya masih semi birokrat. Harus ubah mindset. Jadi cara-cara perusahan daerah belum seperti cara-cara tata kelola sebuah perusahaan,” ucap Watid.

0 Komentar