RADARCIREBON.ID – Banyak beras yang katanya premium, ternyata diduga telah dioplos. Yang menyedihkan lagi, beras oplosan tersebut banyak dijumpai berbagai minimarket dengan label premium.
Adalah akun “100 Juta Pertama”, salah satu yang mengungkap praktik kotor tersebut melalui postingannya di media sosial X, belum lama ini.
“Jadi WNI gini banget dah! Dagang online dipajakin. Beli bensin nonsubsidi dioplos. Sekarang, beras yg labelnya premium yang kita beli mahal ternyata juga dioplos. Total kerugiannya nyampe Rp100 T,” tulis akun tersebut.
Baca Juga:Momen Lesti Kejora dan Sammy Simorangkir Diminta Hakim MK Suhartoyo Menyanyi di Sidang Uji Materi UU Hak CiptaGaji Rp 5 Juta Sebulan, Punya Anak-Isteri dan Bisa Nabung, Bagaimana Caranya?
Jika sudah begitu, tanya dia, yang paling dirugikan siapa? “Sudah pasti kita rakyat biasa,” jawab akun itu.
Kasus beras oplos ini ketahuan setelah Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan investigasi pada 6-23 Juni 2025. Intinya, mereka menemukan 85,56% beras premium yang tak sesuai standar mutu yang ditetapkan.
Kemudian ada 88,24% beras medium yang tidak memenuhi patokan SNI. Katanya, ada 212 merek beras yang terbukti tak memenuhi standar mutu, baik dari sisi berat kemasan, komposisi, dan labelnya.
Akun tersebut menyontohkan, ada merek yang katanya beras dengan berat 5 kg. Padahal isinya cuma 4,5 kg. Terus, ada juga yang bilang 86% beras premium, padahal isinya beras biasa.
Akibat praktik culas beras oplosan itu, kerugian negara mencapai Rp99 triliun hingga 100 triliun per tahun. Praktik itu sudah terjadi sejak tahun 2019.
Persoalannya, kejadian sejak 2019, berarti sudah 6 tahun yang lalu. Tapi mengapa pemerintah baru mengetahui sekarang?
Dari 212 merek, per 16 Juli 2025, yang sudah mengakui mengoplos ada 26 perusahaan. Tak cuma rugi ekonomi, tapi ini juga membikin masyarakat makin tak percaya. Bukan hanya kepada swasta, tapi juga ke pemerintah sebagai “pengatur” regulasi.
Baca Juga:Indramayu Disiapkan Jadi Sentra Pertanian Berbasis Industri ModernEO Bakal Jadi 'Tumbal' Syukuran Berujung Maut Anak KDM, Segera Digarap Polda Jabar
Soalnya, dari temuan investigasi merek beras premium yang diduga dioplos, sering diliat di minimarket atau warung-warung kelontong. Kasus ini pun udah tersebar di seluruh Indonesia. Sebanyak 86% beras yg beredar itu tak sesuai standar.
Fenomena mengoplos beras ini sebenernya secara tak langsung membikin trust issue ke pihak perusahaan beras dan pemerintah.
Di sisi perusahaan, mereka seakan tak punya tanggung jawab ke publik, soalnya seperti disengaja. Dari pemerintah, pengawasan dari mereka terkesan “ngasal”.