Tak Cuma Kekayaan, Kemiskinan pun Paling Banyak Diwariskan

angka kemiskinan di majalengka masih tinggi
Grafis angka kemiskinan di Majalengka/GRAFIS EEP
0 Komentar

RADARCIREBON.ID – Belakangan ini kembali marak sindikat perdagangan orang atau human trafficking. Ada yang menyimpulkan jika penyebab utama maraknya kejahatan itu karena kemiskinan struktural.

Salah satu yang menyebut jika perdagangan orang itu akibat kemiskinan adalah akun “100 Juta Pertama” melalui postingannya di media sosial X, belum lama ini.

“Nah, kalau ditarik benang merahnya, human traficking di Indonesia itu salah satu alasannya karena ekonomi atau sulitnya lapangan kerja,” tulis akun tersebut.

Baca Juga:Momen Lesti Kejora dan Sammy Simorangkir Diminta Hakim MK Suhartoyo Menyanyi di Sidang Uji Materi UU Hak CiptaGaji Rp 5 Juta Sebulan, Punya Anak-Isteri dan Bisa Nabung, Bagaimana Caranya?

Menurut akun itu, banyak orang yang melihat jika human trafficking hanya kejadiannya saja. Yang dianggap tidak bermoral.

Namun, banyak yang luput dari pengamatan orang banyak, yakni akar kejahatan tersebut. Akarnya karena pemerintah gagal mengatasi kemiskinan struktural.

Akun “100 Juta Pertama” juga mengungkapkan, bukan saja kekayaan, ternyata di Indonesia justru kemiskinan yang paling banyak diwariskan.

Kok bisa? Belum lama ini ramai soal sindikat perdagangan bayi. Setidaknya sudah ada 25 bayi yang “dijual” keluar negeri, seperti ke Singapura seharga Rp10 juta hingga Rp16 juta.

“Dari pemberitaan, orang-orang kurang ajar ini ngincer perempuan hamil yang kondisinya sedang kesulitan ekonomi ekstrim,” ungkapnya.

Selain kasus ini, Indonesia juga sedang dihebohkan dengan tingginya kasus scam. Terutama sindikat bekerja menjadi admin judi online dan penipuan ke Kamboja.

Tak cuma perdagangan bayi dan kasus scam kerja di Kamboja. Jauh sebelum itu, kasus TPPO di Indonesia. Kebanyakan kasus itu melibatkan kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Baca Juga:Indramayu Disiapkan Jadi Sentra Pertanian Berbasis Industri ModernEO Bakal Jadi 'Tumbal' Syukuran Berujung Maut Anak KDM, Segera Digarap Polda Jabar

Kondisi ini bahkan terjadi sampai hari ini. Dari data yang ada, setidaknya terjadi 609 kasus TPPO sampai pertengahan tahun 2025. Total korban mencapai 1.503 orang.

Jumlah itu bisa saja terus naik. Apalagi di tahun 2024, korban TPPO jumlahnya ada 2.179 orang. Mirisnya, mayoritas korbannya adalah perempuan dan anak.

Modus operandi sindikat itu, sering menggunakan “utang” untuk menjebak korban. Selain itu modusnya menjanjikan pekerjaan tertentu.

Jika diperhatikan, akar dari kejahatan tersebut adalah masalah ekonomi. Khususnya sulitnya mencari lapangan pekerjaan. Hal tersebut bukan asumsi, selain karena data di atas, pernah ada penelitian yang mengungkapkan hal serupa.

0 Komentar