TBM Pado Maco: Gerakan Literasi Unik dari Cirebon, Selipkan Buku di Salon hingga Kado Pernikahan

Gerakan literasi
GERAKAN LITERASI: Gerakan literasi yang digagas Guru SMPN 2 Suranenggala, Warkina terus tumbuh dan menyebar ke seluruh desa dan keramaian publik. FOTO : SAMSUL HUDA/RADARCIREBON.ID
0 Komentar

SEMANGAT literasi di Desa Suranenggala begitu besar. Inisiatornya, Warkina. Sangat menginspirasi. Guru SMPN 2 Suranenggala mampu menggugah minat baca masyarakat. Sejak 2004 silam.

Upaya itu dilakukannya dengan membangun Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Namanya, Pado Maco: Ayo membaca. Bukan sekadar slogan.

Ia adalah ajakan tulus dan penuh aksi nyata untuk menghidupkan kembali budaya membaca di tengah masyarakat. Gerakan itu masuk ke setiap desa, tempat keramaian hingga ruang publik lainnya.

Baca Juga:Sekolah Swasta di Indramayu Krisis Siswa Baru, Bahkan Ada yang Sampai Tidak Dapat SiswaPrabowo Resmikan 80.081 Koperasi Desa Merah Putih, Putus Mata Rantai Tengkulak

“Motivasi awalnya karena saya melihat anak-anak mulai berpaling dari buku. Kita juga ingin memberdayakan pola pikir masyarakat, agar tidak hanya mengandalkan informasi liar tanpa referensi,” tutur Warkina kepada Radar Cirebon, Selasa (22/7).

Menurutnya, gerakan literasi TBM Pado Maco hadir tiga hingga empat kali dalam seminggu, dengan membawa berbagai jenis bacaan mulai dari ilmu sosial, ekonomi, hukum, politik, religi, sains, hingga keuangan.

Semuanya disediakan demi menjangkau selera dan kebutuhan beragam kalangan. “Tak hanya berpindah-pindah lokasi, Pado Maco juga memiliki berbagai program strategis, seperti Gerakan Sadar Baca, Read Aloud, Gerakan Literasi Rakyat yang menyasar para kepala keluarga, hingga program inovatif Gerbu Membaca (Gerakan Buka Buku),” ungkapnya.

“Gerbu ini maksudnya, gropyokan. Membaca dilakukan tanpa tekanan dan bisa dinikmati siapa saja, kapan saja. Siapa pun bisa terlibat,” jelasnya.

Inovasi lainnya pun tak kalah unik. Buku-buku Pado Maco kerap “diselipkan” di tempat-tempat tak terduga, seperti salon, kios ayam goreng, bahkan di bawah popok bayi saat menjenguk kelahiran.

Untuk kado pernikahan pun, Warkina memilih menghadiahkan buku panduan membina rumah tangga daripada sekadar kartu ucapan.

“Banyak orang berpikir membaca harus di tempat hening. Padahal karakter setiap orang berbeda. Ada yang suka baca di keramaian, dan itu tidak apa-apa,” paparnya.

Baca Juga:Tertarik Jadi Afiliator TikTok? Begini Tips Sukses ala Abi Gym di Workshop SBC Cirebon603 Ribu Penerima Bansos Terlibat Judi Online, Kemensos Siap Coret dari Daftar!

Ia menjelaskan, gerakan ini tidak menetapkan target angka, melainkan perubahan pola pikir sebagai indikator keberhasilan.

Seperti kisah seorang anak yang semula kecanduan game, namun setelah sering berinteraksi dengan lapak baca, perlahan mulai tertarik pada buku. “Itu sudah merupakan keberhasilan kecil yang sangat berarti,” tegasnya.

0 Komentar