Karena itulah kehadiran Mal UMKM di Cirebon tidak hanya untuk memajang produk, tetapi juga memberikan pelatihan, menyediakan pojok foto produk, hingga proses kurasi produk.
“Pelaku UMKM jangan merasa kewalahan sendiri. Ajak UMKM lain. Di Kota Cirebon tercatat ada 2.464 UMKM, mulai dari kuliner, kerajinan tangan (handycraft), hingga fesyen,” imbuhnya.
Terkait isu pengangguran di Kota Cirebon, Iing menegaskan bahwa peluang kerja tidak harus bergantung pada perusahaan. Mahasiswa pun bisa menciptakan lapangan kerja melalui dunia usaha.
Baca Juga:Baznas Jabar dengan Baznas Kota Cirebon dan Puskesmas Kalitanju Gelar Layanan Kesehatan Keliling untuk Lansia SMAN 7 Cirebon Jadi Titik Koordinat Program MBG
“Mahasiswa tidak harus hanya duduk di ruang kuliah. Mereka juga bisa belajar di dunia industri. Kami sudah mengadakan pelatihan-pelatihan untuk menciptakan lapangan kerja. Contohnya, rumput teki bisa diolah menjadi produk bernilai tinggi, atau kerupuk belalang yang diminati karena kaya protein. Ini bentuk kreativitas UMKM,” jelasnya.
Karena itu, pihaknya juga mendorong kolaborasi dengan perguruan tinggi melalui program startup. Tujuannya, mengubah pola pikir generasi muda dari pencari kerja menjadi pencipta kerja.
“Kami baru saja menyelenggarakan lomba startup bekerja sama dengan perguruan tinggi. Hasilnya, sebagian besar pesertanya adalah anak-anak muda yang kreatif dan memiliki semangat kewirausahaan,” pungkasnya. (abd)