RADARCIREBON.ID – Proses seleksi calon anggota Komisi Informasi (KI) Kota Cirebon tahun 2025 menuai sorotan tajam dari berbagai pihak.
Sejumlah kritikan muncul terkait potensi konflik kepentingan, dugaan ketidaknetralan panitia seleksi (Pansel), hingga polemik etika dari beberapa peserta yang masih aktif menjabat di lembaga serupa.
Saat ini, proses seleksi telah memasuki tahapan 40 besar. Para peserta dijadwalkan mengikuti psikotes dan dinamika kelompok pada 12–13 Agustus 2025.
Baca Juga:Tembus Fortune Global 500, PLN Perkuat Daya Saing di Kancah DuniaKisruh di Tubuh KONI Cirebon, Dispora Tunggu Langkah dari KONI Jabar
Namun, sebelum tahapan lanjutan dimulai, publik mulai mempertanyakan integritas dan objektivitas proses rekrutmen ini.
*Komisioner Aktif Daftar Lagi, Etis?
Salah satu sorotan datang dari dua komisioner Komisi Informasi Kabupaten Cirebon, yakni Akhmad Junaeri dan Hendrawan Angga Maradeka, yang diketahui ikut mendaftar sebagai calon anggota KI Kota Cirebon.
Hal ini menuai kritik dari pemerhati pemerintahan, Gunadi Rasta SH MH.
Menurut Gunadi, secara etika, seharusnya komisioner yang masih aktif mengundurkan diri terlebih dahulu sebelum mendaftar ke lembaga serupa di daerah lain.
Meskipun tidak ada aturan yang secara eksplisit melarang, namun dari sisi kepatutan, langkah itu dinilai kurang elegan.
“Ini bukan soal boleh atau tidak, tapi soal etika publik. Mereka masih menjabat, tapi sudah daftar ke KI Kota Cirebon. Motifnya apa? Apakah karena gaji KI Kota lebih tinggi?” sindirnya.
Gunadi juga meminta agar Pansel dan tim seleksi tidak sembarangan dalam memilih kandidat.
Baca Juga:Ketua KONI Kabupaten Cirebon Klaim Pengembalian Temuan Rp200 Juta Pakai Dana Pribadi, Siap Mundur jika DimintaTiang Internet Bakal Dipajaki, DPRD dan Pemkot Lirik Menjadi Sumber PAD
Ia menekankan pentingnya independensi lembaga, mengingat salah satu peserta disebut masih aktif sebagai kader partai politik.
“Proses ini bisa berujung gugatan jika tidak transparan. Banyak nama potensial di luar incumbent yang patut dipertimbangkan,” tegasnya.
*Kritik Seleksi Harus Transparan
Nada serupa disampaikan oleh Presiden Kaukus Muda, Reno Sukriano, yang menyoroti pentingnya keterbukaan informasi dalam setiap tahapan seleksi.
Ia mengingatkan agar Pansel tidak “cawe-cawe” atau terlibat dalam meloloskan kandidat tertentu.
“Komisi Informasi seharusnya jadi garda terdepan keterbukaan. Masa proses seleksinya sendiri tertutup? Ini ironi,” kata Reno, Rabu (30/7/2025).
Reno juga mengungkap adanya indikasi konflik kepentingan dalam seleksi ini.