Adat di Masyarakat Jadi Identitas Turun-temurun, Ini Kata Sobat Zetizen Radar Cirebon

Ngaruwat Bumi
Ngaruwat Bumi
0 Komentar

RADARCIREBON.ID – Upacara adat merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.

Setiap prosesi yang dijalankan mencerminkan identitas budaya, nilai kebersamaan, serta rasa syukur yang diwariskan secara turun-temurun.

Berbagai unsur budaya seperti tarian, musik tradisional, pakaian adat, hingga ritual doa turut menghiasi setiap rangkaian acaranya. Yuk simak tanggapan dari Sobat Zetizen mengenai upacara adat yang pernah mereka ikuti! (vaz/dine/ysabel)

Baca Juga:7 Merek Apparel Untuk Timnas Sepak Bola Indonesia 2026, Siapa Saja?Prediksi Persib Bandung vs Semen Padang 9 Agustus 2025, Begini Kata Bojan Hodak

Tanggapan pertama datang dari Ratu Sofhie Maharani, siswi SMA 9 Cirebon. Ia mengatakan bahwa pengalamannya mengikuti upacara adat Nadran atau Pesta Laut meninggalkan kesan yang sangat menarik.

“Sewaktu saya mengikuti upacara adat Nadran, saya merasa sangat senang dan bangga karena bisa merasakan budaya sendiri bersama orang-orang terdekat maupun warga lokal. Suasana kemeriahan dalam upacara adat itu semakin seru, apalagi dengan banyaknya orang yang hadir, membuat tradisi adatnya benar-benar terasa,” ucapnya.

Tanggapan berikutnya disampaikan oleh Adela, siswi SMK Farmasi YPIB Cirebon. Ia rutin mengikuti upacara adat Muludan, atau yang lebih dikenal dengan Panjang Jimat, di Keraton Kacirebonan setiap tahun.

“Setiap tahun saya rajin mengikuti Upacara Panjang Jimat di Keraton Kacirebonan. Dalam upacara ini, pusaka keraton akan dimandikan dengan air dari tujuh sumur dan bunga tujuh rupa. Setelah dibacakan doa, pusaka dimasukkan ke dalam kendi dan ditutup dengan kain khusus. Kemudian pusaka tersebut dipindahkan ke mushola keramat hingga tengah malam, lalu dikembalikan ke keraton,” ujarnya.

Tanggapan terakhir datang dari Kayla Destianty Azzahra, siswi SMAN 3 Cirebon. Ia mengatakan bahwa pengalamannya mengikuti upacara adat Ngunjung sangat berkesan, karena tidak hanya menjadi sarana untuk berdoa dan menghormati leluhur, tetapi juga mempererat kebersamaan antarwarga.

“Menurut saya, tradisi ini mengajarkan nilai gotong royong, rasa syukur, serta penghormatan terhadap jasa para pendahulu. Meskipun zaman semakin modern, saya rasa adat Ngunjung tetap penting untuk dilestarikan agar generasi muda tidak melupakan akar budaya bangsanya,” ungkapnya. (*)

0 Komentar