Dari sisi Apindo, kata Asep, dampak positif yang dirasakan masyarakat sekitar kawasan industri sangat besar. Selain membuka lapangan kerja, geliat industri juga memberi kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
“Kalau terus berkembang, bukan tidak mungkin akan mendorong gerakan pemekaran wilayah. WTC bisa memiliki otonomi daerah sendiri karena potensi infrastrukturnya mendukung. Ini bisa menjadi peluang peningkatan PAD,” jelasnya.
Namun, Asep mengaku tidak mengetahui detail soal jumlah tenaga kerja. Meski demikian, ia menyebut salah satu contoh industri besar, seperti Longrich. Perusahaan yang satu ini saja mempekerjakan sekitar 20 ribu hingga 40 ribu orang. “Mayoritas dari warga lokal. Pekerja dari luar daerah hanya sekitar 20 persen, dan dari luar negeri tidak lebih dari 5 persen,” ungkapnya.
Baca Juga:Apresiasi Penertiban, Jubir Keraton Kanoman: Tak Ada Tarif ZiarahCukup! ‘Aja Adol Maesan’ di Kawasan Makam Sunan Gunung Jati
Saat ini, kata Asep, terdapat hampir 20 perusahaan besar yang aktif beroperasi di wilayah timur Kabupaten Cirebon. Beberapa di antaranya adalah Long Rich Indonesia, Taekwang Global Indonesia, Chinli Plastic Material Indonesia 1 dan 2, Garmen, Nyihong, Harmoni, Indofood, dan Avian. Belum termasuk industri kecil dan menengah yang tersebar di berbagai titik.
Namun, meski prospeknya cerah, pihaknya tak menutup mata terhadap sejumlah tantangan yang dihadapi. Mulai dari keterbatasan infrastruktur jalan, regulasi kawasan industri, hingga gangguan dari oknum-oknum tertentu.
“Penataan kawasan industri masih butuh perbaikan. Misalnya lahan LSD (lahan sawah dilindungi) yang tidak boleh dialihfungsikan. Di sisi lain, masih ada oknum LSM yang seringkali mengganggu kenyamanan investasi,” jelasnya.
“Yang harus menjadi perhatian serius juga soal infrastruktur jalan belum memadai. Rusak. Jumlah tenaga kerja sangat banyak, dan di jam-jam sibuk, dengan infrastruktur jalan yang belum memadai dapat meningkat risiko kecelakaan,” lanjutnya.
Selain itu, kualitas sumber daya manusia (SDM) juga menjadi perhatian. Ia mengatakan masih banyak tenaga kerja yang belum memiliki pemahaman memadai tentang dunia industri dan ketenagakerjaan. “Maka harus ada pelatihan yang lebih masif dan terstruktur,” paparnya.
Terkait kolaborasi, Asep menyebut koordinasi antara Apindo dan pemda selama ini berjalan baik. Kata dia, selama ini ada komunikasi aktif dengan Disnaker, Dinas Perizinan, Dinas PUPR, DLH, dan DPRD. “Termasuk dengan Pak Bupati. Kami sampaikan laporan juga ke Pak Bupati. Keluhan-keluhan dari pelaku usaha sejauh ini direspons dengan cukup baik. Ini penting untuk menciptakan iklim investasi yang nyaman dan kondusif di Wilayah Timur Cirebon,” terang Asep.