“Karena bicara gempa itu terkait dengan dampak ke masyarakat. Bicara gempa ada dua potensi yang menjadi fokus utama, yakni gedung dan kepadatan penduduk. Gedung tinggi punya potensi tinggi terkena gempa,” sambung Andi.
Ia mengatakan ada tiga kelas gempa bumi. Yakni kelas sedang, ringan, dan kuat. “Dan gempa bumi itu ada periodesasi terulang kembali. Termasuk di Cirebon, siklusnya perlu dianalisa lebih jauh dan BMKG akan memberikan informasi. Karena itulah tahun ini di Gedung Setda akan dipasang alat deteksi gempa,” pungkas Andi.
Perlu diketahui, Gedung Setda Kota Cirebon menjadi sorotan publik setelah pembangunannya diduga ada masalah. Saat ini dalam pendalaman Kejari Kota Cirebon. Belum lama ini, kejaksaan menurunkan tim ahli konstruksi dari Politeknik Negeri Bandung (Polban) untuk mengecek kondisi gedung.
Baca Juga:Wilayah Timur Cirebon, Tanah Seribu PabrikBanyak Pabrik di Cirebon, Pungli Calon Pekerja Bukan Praktik Baru
Tim Polban pun kabarnya sudah mengekspose hasil pengecekan fisik gedung pada bulan Juni 2025. Dari ekspose tim ahli konstruksi Polban, diketahui bahwa tiang gedung 8 lantai itu menggantung atau tak menancap ke paku bumi. Perlu disuntik, tapi cukup mahal. Mencapai Rp50 miliar. (abd)