5 Gelar KDM, Mulyono Jilid 2, Gubernur Konten, Gubernur Lambe Turah, Dll

julukan kang dedi mulyadi
Julukan Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM). Foto: Humas Pemda Kota Cirebon - radarcirebon.id
0 Komentar

RADARCIREBON.ID – Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi kini punya 5 julukan baik yang bermakna positif maupun negatif.

Julukan tersebut ada yang disematkan oleh media, hingga sesama gubernur dalam berbagai konteks peristiwa.

Secara umum, Kang Dedi Mulyadi (KDM) mengaku tidak masalah dengan ragam julukan itu.

Baca Juga:KDM Minta Cari Dokumen Tata Ruang Zaman Kolonial, Sebut yang Sekarang KacauKDM Kena Tipu, Diprank Anak-anak 'Bau Kencur', Ternyata Gegara Ini

Misalnya, Habis Mulyono, Terbitlah Mulyadi. Itulah judul salah satu media nasional di Indonesia.

Terkait narasi itu, Dedi Mulyadi tidak tahu dibuat atas stigma apa. Apakah kecemasan, ketakutan atau iri? Atau justru suka.

Namun dirinya mempertanyakan, dari sisi demografi, menjadi aneh ketika menjadi Gubernur Jawa Barat, langsung dibuat investigasi dan dibuat identik dengan Joko Widodo (Jokowi).

Dedi Mulyadi mengidentifikasi, saat ini setidaknya ada 5 julukan yang disematkan kepada dirinya yakni:

  1. Mulyono Jilid 2
  2. Gubernur Konten
  3. Gubernur Lambe Turah
  4. Gubernur Pencitraan
  5. KDM (Kang Duda Merana), Kang Duda Menyala, Kang Duda Merajalela.

Selain julukan tersebut, sebenarnya ada juga panggilan akrab yang lain. Misalnya ada masyarakat yang memanggilnya dengan Bapa Aing. Ada juga masyarakat yang kontra dan menyebutnya Bapa Tere atau Bapa Tiri.

“Apa sih yang sebenarnya terjadi? Bagi mereka yang tinggal di Purwakarta, pernah dipimpin saya, apa yang saya lakukan hari ini, tidak beda dengan dulu,” katanya.

Yang berbeda, kata KDM, semata-mata hanya masalah mengekspresikan di ruang publik.

Baca Juga:KDM Puji Lucky Hakim yang Lepas Ular di Sawah, Minta Kembangkan Burung HantuGempa Kamchatka Rusia Tak Ada Apa-apanya, Zona Megathrust Indonesia Lebih Dahsyat

“Mana ada dulu televisi menyorot ke Purwakarta. Mana ada layar media digital, mengamplifikasi atas apa yang ada di Purwakarta,” katanya.

Kemudian, sambung KDM, andai dirinya ketika menjadi bupati melakukan pencitraan, tentu tidak akan cukup biaya untuk membayarnya.

“Tidak ada kelompok pengusaha besar yang bisa meng-endorse saya pada saat itu,” tuturnya.Namun, pada saat itu, dirinya sudah mulai mendokumentasikan dan disimpan.

Apa yang dibuat ketika itu, justru mulai menjadi perhatian justru ketika sudah tidak menjadi bupati, lalu kalah di Pilgub Jabar saat mencalonkan sebagai wakil gubernur.

“Awalnya Kang Dedi Mulyadi Channel. Orang mulai sedikit-sedikit melihat dan mempengarungi pikiran publik,” katanya.

Padahal, KDM mengaku, dirinya terjun ke media sosial tidak mau mengikuti arus. Justru berusaha untuk berbeda.

0 Komentar