Ia mengaku senang sekolahnya menjadi salah satu penerima program MBG. Baginya, MBG bukan sekadar makan gratis, tapi juga kesempatan untuk menikmati menu sehat di lingkungan sekolah.
Beberapa siswa lain mengangguk setuju. Ada yang langsung mengabadikan menu dengan ponselnya sebelum menyantap, ada pula yang saling bertukar komentar tentang rasa ayam teriyaki yang gurih dan sayuran yang masih terasa segar. Suasana kelas pun berubah menjadi ruang makan bersama, penuh tawa dan canda.
Para siswa terlihat saling bertukar lauk, mencoba menu teman di sebelahnya. Mereka juga disiplin membawa sendok pribadi dan botol minum masing-masing untuk mengurangi sampah plastik.
Baca Juga:Pemkab Cirebon Resmi Gunakan Manajemen Talenta untuk Promosi dan Rotasi Jabatan ASNKebijakan KDM Dikritik, Pesantren NU di Jawa Barat Desak Revisi Aturan Jam Sekolah dan Kelas Isi 50 Siswa
Program MBG sendiri bakal berlangsung di SMAN 7 Cirebon, dengan total 1.335 paket yang disiapkan setiap hari. Jumlah itu disesuaikan dengan total siswa aktif di sekolah tersebut. Kerja sama dengan BGN telah ditandatangani hingga satu tahun ke depan.
Limatul berharap, hadirnya MBG bukan hanya soal makan siang, melainkan juga soal pembentukan pola hidup sehat. “Kami ingin siswa terbiasa mengonsumsi makanan bergizi, dengan porsi yang seimbang. Apalagi usia remaja adalah masa pertumbuhan. Kalau asupan gizinya baik, konsentrasi belajar pun meningkat,” jelasnya.
Hari pertama MBG di SMAN 7 Cirebon memang masih menyisakan catatan soal teknis distribusi. Namun antusiasme siswa menjadi bukti awal bahwa program ini sangat dinantikan.
Setelah jam makan siang berakhir, wadah-wadah MBG kembali tertata rapi di lobi sekolah. Siswa kembali ke kelas dengan perut kenyang, wajah ceria, dan semangat baru untuk melanjutkan pelajaran. (ade)