Tak lama dari itu, Kepala Desa Cimenga bersama tim dari BKSDA telah meninjau langsung lokasi kandang yang menjadi korban serangan.
Tim lapangan BKSDA, yang diwakili oleh Nicky Kharisma, ketika itu menyampaikan bahwa saat ini pihaknya akan melakukan observasi. Tujuannya ntuk memahami kondisi lingkungan sekitar yang memungkinkan macan tutul turun dari habitat aslinya.
“Nanti akan dilihat dulu kondisi sekitar, kita observasi mau lihat apakah habitat aslinya sudah semi hutan yang menyebabkan macan turun ke bawah,” jelas Nicky.
Baca Juga:Harga Emas Ukir Rekor Tertinggi Sepanjang Masa, Naik Rp 9 Ribu Dibanding Hari KemarinHarga Naik Tinggi Sekali, Emas Tetap Diburu
Setelah kajian disetujui, BKSDA berencana untuk memasang perangkap berupa kerangkeng. Tak lain untuk menangkap hewan buas tersebut dan memindahkannya ke lokasi yang jauh dari permukiman warga.
Seperti diketahui, macan tutul merupakan hewan nocturnal atau aktif di malam menjelang dini hari. Hal itulah yang menjadi gambaran jika pemangsa kambing warga Cimenga itu adalah macan tutul.
BKSDA juga mengimbau warga, khususnya yang masih memiliki hewan ternak, untuk segera memperkuat kandang. Jangan membuat desain kandang yang terlalu terbuka.
Hal ini penting untuk mencegah adanya celah yang bisa dimanfaatkan hewan liar masuk ke dalam kandang.
Sebagian besar kandang kambing milik warga Blok Pamugaran berada di lokasi yang cukup jauh dari pemukiman warga. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga keamanan ternak dari ancaman predator, termasuk macan tutul.
Warga setempat, seperti Ade, dengan meningkatnya frekuensi serangan predator, membuat dirinya khawatir. Harapannya, ada langkah-langkah penanggulangan yang bisa segera dilaksanakan secara efektif.
Menurutnya, selain untuk keselamatan hewan ternak, tindakan ini juga untuk menjaga rasa aman masyarakat itu sendiri.