Naik, Jumlah Orang Punya Pekerjaan Lebih dari Satu, Sinyal Kian Susah Hidup Layak di Indonesia 

pekerja sektor informal
Pekerja sektor informal menjadi penopang ekonomi di Indonesia. Foto: Yuda Sanjaya - radarcirebon.id
0 Komentar

RADARCIREBON.ID – Data menunjukkan, orang Indonesia yang memiliki pekerjaan lebih dari satu, naik jumlahnya. Dari tahun 2019 hingga 2023 saja, kenaikan itu mencapai 17,8 persen.

Melihat data tersebut sepertinya bagus. Banyak orang memiliki pekerjaan sampingan. Tapi sesungguhnya itu justru sinyal buruk. Makin sulit untuk hidup layak di Indonesia.

Hal tersebut diungkapkan akun konsultan keuangan dan bisnis “100 Juta Pertama” dalam postingannya di media sosial X, baru-baru ini.

Baca Juga:Reshufle Kabinet, Prabowo Sedang Bersihkan Orang-orang Jokowi? Istana Bilang BeginiHari ke Sepuluh, BBKSDA Sisir Hutan Lindung Terdekat Gunung Tangkuban Parahu

Menurut akun itu, fenomena side hustle atau pekerjaan tambahan di luar pekerjaan utama dan pekerja informal digital ini naik jumlahnya. Fenomena itu sering disebut dengan “GIG ekonomi”.

GIG ekonomi merupakan model pasar tenaga kerja yang mengandalkan pekerjaan temporer atau proyek jangka pendek. Biasanya dilakukan oleh pekerja lepas (freelancer). Secara jangka waktu, katanya, sistem kerjanya berbasis proyek jangka pendek. Biasanya melalui platform digital.

Jenisnya, ungkap akun itu, banyak sekali. Tetapi kebanyakan adalah freelance desain, content creator, dan ojeg online. Bisa juga kerja lepas lain yang dibayar per proyek, bukan gaji tetap bulanan.

Dijelaskan, tren GIG ekonomi ini makin hari kian ramai. Fenomena itu bukan hanya di kota besar saja. Tapi juga sudah merambah ke kota-kota kecil.

Menurut BPS, persentase pekerja yang punya side hustle meningkat dari 14,3% pada 2019 menjadi 17,8% di 2023.

Artinya apa? Diungkapkan akun itu, banyak indikasi sebenarnya. Tapi, dari hasil survei dan data BPS bilang jika gaji dari perkerjaan resmi atau fulltime, tak lagi cukup untuk menutupi naiknya harga dan kebutuhan hidup.

Akun itu memberikan contoh, biaya hidup layak di Jakarta itu sekitar Rp 14,8 juta per bulan. Tapi realitas hidup UMP provinsi tersebut hanya sekitar Rp 5,3 juta.

Baca Juga:Rasio Rata-rata Gaji Rakyat dan Anggota DPR di Indonesia, 1 Banding 27, Tertinggi di Banding Negara LainTeror Macan Tutul di Desa Cimenga, Ternak Milik Warga Sering Jadi Sasaran

Ini memang Ironis, tandas akun tersebut. Kelihatan enak bisa memiliki pemasukan tambahan. Hanya saja banyak yang tak sadar dari resiko side hustle ini.

“Jam kerja nambah, waktu istirahat berkurang, fokus kerjaan kebagi, dan masih banyak lagi hanya sekedar bisa hidup layak di bumi pertiwi,” tulis akun itu.

Data tersebut, ujarnya, juga dibenarkan oleh studi “Gig Economy sebagai Sumber Ekonomi Baru Penduduk Kelas Menengah di Jakarta”.

0 Komentar