Tren Naik Gunung, Sekadar FOMO atau Murni Hobi

NAIK GUNUNG
KE ATAS AWAN: Davi Supriadi, salah satu pelajar yang gemar mendaki gunung. Ia telah menjajaki berbagai puncak gunung, salah satunya Gunung Slamet, seperti yang terlihat pada foto ini. --FOTO: Salman Al Yasin/Zetizen Radar Cirebon--
0 Komentar

RADARCIREBON.ID – Banyak orang merasa terdorong untuk ikut mendaki gunung setelah melihat teman atau kreator konten membagikan pengalaman seru mereka di media sosial.

Namun di sisi lain, tak sedikit juga yang menjadikan aktivitas ini sebagai sarana melepas penat, mengeksplorasi alam, dan menantang diri sendiri.

Jadi, apakah benar mendaki gunung hanya sekadar ikut-ikutan tren (FOMO), atau memang karena hobi? Yuk, simak pendapat para Sobat Zetizen berikut ini! (vaz/emil)

Baca Juga:Jadwal MotoGP San Marino Akhir Pekan Ini, Kental Duel Marc Marquez Lawan Fans Valentino RossiHasil Indonesia vs Lebanon 0-0, Ada Debut Pemain 19 Tahun

Nathan Mikhael, siswa SMAN 2 Cirebon, menyampaikan bahwa tidak masalah apakah seseorang mendaki karena hobi atau sekadar ikut-ikutan. Selama aktivitas tersebut bernilai positif, semua orang berhak mencobanya.

“Mendaki gunung bukan hanya untuk mereka yang memang punya hobi mendaki. Orang yang ikut karena teman atau terinspirasi dari konten di media sosial juga sah-sah saja. Selama niatnya positif, mendaki gunung bisa menjadi pengalaman yang bermanfaat bagi siapa saja,” ujar Nathan.

Berbeda dengan Nathan, Navidaullah Aryansyah dari SMAN 5 Cirebon, menegaskan bahwa baginya, mendaki adalah sebuah hobi yang menyenangkan dan bermakna.

“Mendaki gunung itu hobi buat saya, karena saya benar-benar menikmati prosesnya. Rasanya menenangkan, apalagi setelah menjalani rutinitas yang padat. Mendaki memberi ruang untuk refleksi, belajar sabar, memperkuat mental, dan tentunya menikmati keindahan alam yang tidak bisa ditemukan di tempat lain. Buat saya, ini bukan sekadar tren atau FOMO, tapi bentuk kesenangan pribadi yang membuat saya merasa lebih hidup,” ungkapnya.

Sementara itu, Eira Nabiilah Thufailah, siswi SMAN 4 Kota Cirebon, melihat fenomena ini dari dua sisi berbeda.

“Menurut saya, ada dua tipe pendaki. Pertama, mereka yang hanya ikut-ikutan tren atau FOMO. Biasanya, tujuannya hanya untuk dapat foto bagus dan diunggah ke media sosial, tanpa persiapan matang. Yang kedua, adalah pendaki sejati yang memang punya hobi dan cinta terhadap alam. Mereka biasanya lebih siap secara fisik dan mental, menikmati setiap proses pendakian, baik mendaki sendiri maupun bersama teman,” jelas Eira. (*)

0 Komentar