RADARCIREBON.ID – Sesar Baribis Kendeng yang merap menjadi sumber gempa di wilayah Pulau Jawa Bagian Utara, ternyata membentang di area sekitar Tol Cisumdawu.
Sesar Baribis Kendeng merupakan salah satu patahan yang perlu diwaspadai, karena wilayah utara Jawa terdapat kota besar yang padat penduduk.
Beberapa indikasi menunjukkan Sesar Baribis Kendeng diperkirakan berada di area Tol Cisumdawu, tepatnya di dekat Simpang Susun Dawuan, Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang.
Baca Juga:Jalan Menuju Desa Wisata Terunik di Kuningan Ini Tak Terawat, Banyak Lubang dan Aspalnya TerkelupasSAH! Jigus Pimpin KONI Kabupaten Cirebon lewat Musorkablub
Lokasi ini merupakan perbatasan antara Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka yang dipisahkan sebuah sungai.
Zona Sesar Baribis – Kendeng menjadi sumber Gempa Karawang – Bekasi 2025 (M4,9) lalu.
Sebagian besar kita lebih mengenalnya sebagai sesar Baribis saja, ketimbang nama lengkapnya yakni: Sesar Sungkup Busur Belakang Jawa alias Java Backarch Thrust (JBAT).
Menurut The Ekliptika Institute, keberadaan Sesar Baribis Kendeng ini, bisa dilihat di dekat Simpang Susun Dawuan.
Yang berada di ujung bentangan Jalan Tol Cisumdawu, Kabupaten Sumedang.Pada ruas jalan yang menuju simpang susun Dawuan, di titik papan penunjuk jalan akan dijumpai gundukan (punggungan).
Saat ini gundukan tersebut tertutupi rumput dan ilalang, sehingga tidak terlihat dengan jelas.
“Di sinilah lintasan sesar (besar) Baribis – Kendeng,” demikian diinformasikan The Ekliptika Institute.
Baca Juga:Reshufle Kabinet, Prabowo Sedang Bersihkan Orang-orang Jokowi? Istana Bilang BeginiHari ke Sepuluh, BBKSDA Sisir Hutan Lindung Terdekat Gunung Tangkuban Parahu
Indikasi pungguhan patahan tersebut berdasarkan kondisi lokasi. Yakni, 2,7 km ke timur – tenggara dari titik ini ada sebatang sungai kecil yang sering kering, bagian dari anak Sungai Cimanuk.
Di titik itu aliran sungai kecil ini unik, karena mendadak berbelok tajam ke barat lalu menghilir kembali ke utara.
Pembelokan ini masih ‘segar’, belum banyak terkikis erosi. Menandakan terjadinya belokan juga tidak dalam waktu lama.
Pada citra yang diambil menggunakan drone LIDAR di atas area ini, Peneliti Gempa Bumi, Mudrik Daryono mengukur pergeseran ± 1 meter.
Pergeseran ini kemungkinan besar adalah jejak dari Gempa Cirebon 16 November 1847.
Gempa dengan magnitudo 7 atau lebih sehingga getarannya terasakan sampai Lampung, 400 km jauhnya dari sini.
Keberadaan Sesar Baribis Kendeng yang memanjang sampai ke Jawa Timur dan melintasi wilayah Majalengka, Cirebon dan sekitarnya, tentu menjadi faktor perlunya pembangunan yang memperhatikan potensi bencana dan kegempaan.