RADARCIREBON.ID- Pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) mengalokasikan Rp2 triliun untuk membangun Sekolah Garuda. Ini merupakan sekolah unggulan tingkat SMA.
Sekolah ini sudah mulai dibangun dengan target rampung Juni 2026 dan mulai beroperasi pada tahun ajaran baru 2026-2027. Untuk sementara ada di empat provinsi. Yakni Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara , dan Sulawesi Tenggara. Pemerintah juga menyiapkan 12 Sekolah Tarnsformasi Garuda dan sudah berjalan.
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Stella Christie mengatakan separuh dari total anggaran Rp2 triliun, akan dijadikan dana abadi demi menjamin keberlanjutan operasional Sekolah Garuda di masa depan. “Secara besar, hampir 50 persen dari Rp2 triliun itu untuk memupuk dana abadi. Kenapa perlu dana abadi? Agar sekolah ini terus ada keberlanjutan,” uja Stella.
Baca Juga:Kisah Tania Penyayang Satwa di Cirebon yang Rawat 200 KucingPresiden Prabowo Bawa Suara Indonesia ke Panggung PBB, Bikin Publik Bergetar
Ia menjelaskan, total anggaran Sekolah Garuda yang mencapai Rp2 triliun hanya setara 0,27 persen dari total anggaran pendidikan nasional sebesar Rp724,3 triliun. “Anggaran ini sudah termasuk untuk membangun Sekolah Garuda baru, serta membina Sekolah Garuda Transformasi,” jelas Stella, dilansir dari Disway (Radar Cirebon Group) pada Selasa (23/9/2025).
Berbeda dengan Sekolah Rakyat yang dikhususkan bagi anak-anak dari keluarga miskin ekstrem, Sekolah Garuda membuka pintu bagi murid dari semua lapisan masyarakat. “Sekolah Garuda berkomitmen memberikan akses kepada mereka yang paling berprestasi dari kalangan manapun. Baik itu mereka dari keluarga miskin, menengah, maupun mampu,” jelas Stella.
Dengan sistem seleksi berbasis prestasi, Sekolah Garuda diharapkan mampu menjadi lembaga pendidikan unggulan yang melengkapi peran Sekolah Rakyat dalam memperluas akses pendidikan di Indonesia.
Kemendiktisaintek secara resmi membuka skema pendaftaran Sekolah Garuda dengan dua jalur, yakni beasiswa penuh dan jalur reguler berbayar. “Sekolah Garuda memiliki dua skema pendaftaran. Sebanyak 80 persen siswa akan menerima beasiswa penuh, sementara 20 persen lainnya merupakan siswa berbayar. Mereka yang berprestasi dan berasal dari keluarga mampu tetap dipersilakan mendaftar melalui jalur berbayar,” jelas Stella.
Ia menjelaskan bahwa 20% siswa tersebut akan menanggung seluruh biaya sekolah dan asrama secara mandiri. Meski dibedakan dengan dua jalur penerimaan siswa, Kemendiktisaintek menyeleksi siswa berdasarkan kriteria utama. Yakni siswa berprestasi, baik prestasi akademik maupun nonkademik. “Penerimaan itu hanya berdasarkan tiga, yaitu prestasi, latar belakang ekonomi, dan juga latar belakang geografi,” imbuhnya.