ZURICH – Saat ini ramai membicarakan negara anggota FIFA, Israel. Ya, kini, FIFA dan UEFA menghadapi tekanan internasional yang semakin besar.
Hal itu setelah sekelompok pakar independen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak kedua badan sepak bola itu melarang Israel dari seluruh kompetisi internasional, Selasa (23/9) lalu.
Seruan ini datang di tengah laporan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Israel di Gaza sejak Oktober 2023.
Baca Juga:Ketua DPR Dukung Reformasi Menyeluruh di Tubuh PolriPeringati HTN, Ratusan Petani di Indramayu Turun ke Jalan Sampaikan 5 Tuntutan
Para pakar yang bekerja di bawah mandat Dewan Hak Asasi Manusia PBB menegaskan bahwa dunia sepak bola tidak bisa berjalan seperti biasa ketika dugaan pelanggaran berat sedang berlangsung.
Meski begitu, mereka menekankan bahwa pernyataan ini disampaikan atas kapasitas pribadi dan tidak mewakili PBB secara resmi.
Kelompok pakar tersebut merujuk pada temuan komisi penyelidikan PBB yang pekan lalu menyimpulkan bahwa Israel mungkin telah melakukan empat dari lima tindakan yang termasuk dalam definisi genosida.
Bagi para pakar, langkah sanksi di bidang olahraga akan menjadi pesan yang kuat untuk melindungi hak asasi manusia dan menunjukkan bahwa komunitas internasional tidak menoleransi kekerasan.
Seruan ini segera memunculkan perbandingan dengan situasi Rusia. Setelah invasi ke Ukraina pada 2022, FIFA dan UEFA bertindak cepat dengan melarang seluruh tim nasional maupun klub Rusia dari kompetisi internasional.
Menurut para pakar PBB, preseden itu menjadi dasar bahwa tindakan serupa terhadap Israel dapat dibenarkan selama kekerasan di Gaza berlanjut.
Mereka menilai bahwa larangan partisipasi Israel di turnamen internasional bukan hanya langkah simbolis, tetapi juga upaya memberi tekanan politik agar kekerasan berhenti. “Sanksi olahraga akan menjadi sinyal kuat untuk melindungi hak asasi manusia,” sebut para pakar.
Baca Juga:HUT Ke-80 PMI, Torehkan Banyak Prestasi, Beri Apresiasi untuk Pahlawan KemanusiaanPanpilwu Mulai Dibentuk di Kecamatan Kandanghaur untuk Persiapkan Pilwu Serentak 2025
Hingga kini, FIFA dan UEFA belum memberikan tanggapan resmi. Kedua badan sepak bola itu selama ini kerap menekankan pemisahan antara olahraga dan politik.
Namun, sejarah menunjukkan, dalam konflik besar seperti di Ukraina, mereka bersedia mengambil langkah tegas ketika krisis kemanusiaan tidak dapat diabaikan.
Dorongan sanksi ini menciptakan dilema besar bagi FIFA dan UEFA. Di satu sisi, mereka diharapkan menjaga prinsip netralitas politik.