Evaluasi MBG setelah KLB Bandung Barat

Evaluasi setelah KLB Bandung Barat
EVALUASI: Penanggung Jawab Yayasan Inspirasi Indah Bersama yang menaungi SPPG Kesambi, Wahyuno, menjelaskan hasil evaluasi pasca KLB di Bandung Barat. Foto: Ade Gustiana-Radar Cirebon
0 Komentar

RADARCIREBON.ID- Keracunan masal MBG di Kabupaten Bandung Barat jadi alarm keras. Lebih dari seribu anak tumbang. Kota Cirebon pun mengantisipasi. Misalnya SPPG Kesambi yang mengelola tiga dapur.

Dapur pertama di Kesambi, sudah berjalan satu bulan setengah. Dapur kedua di Kelurahan Pekiringan, berjalan sebulan. Dapur ketiga direncanakan di Kelurahan Pekalangan.

Pembukaan dapur Pekalangan ditunda. SPPG punya pola ketat. Sebelum dapur beroperasi, tim lebih dulu turun ke sekolah penerima manfaat. Bikin MoU. Cek kesiapan. Pastikan jalur distribusi jelas. Baru setelah itu produksi jalan. Tapi pasca KLB Kabupaten Bandung Barat, proses ini direvisi. Semua pihak diminta memperketat standar.

Baca Juga:Karang Taruna Mitra Strategis PemerintahKopdes Merah Putih Bukan Program Top-Down

Isu tray berminyak babi sempat membuat rencana distribusi tertahan. Padahal SPPG sudah mendatangi sekolah-sekolah. Contoh SD Darul Hikmah Pekalipan yang semula siap menerima MBG. Tapi setelah kabar negatif itu, mereka berhenti dulu.

“Artinya, dampak dari itu (berita bahwa MBG bermasalah dan sebagainya) ada. Penerima manfaat menjadi lebih hati-hati untuk menerima program MBG,” jelas Wahyuno, Penanggung Jawab Yayasan Inspirasi Indah Bersama yang menaungi SPPG Kesambi, Senin (29/9/2025).

SPPG Kesambi kini mewajibkan semua dapur punya Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS). Sertifikat ini dikeluarkan Dinas Kesehatan. Sertifikat ini memeriksa semua aspek: IPAL, kebersihan ruang produksi, mobil pengantar MBG, sampai proses penyimpanan.

Dulu standar itu sudah dilakukan, tapi belum tertulis. Kini harus resmi. Harus ada buktinya. SLHS jadi pintu masuk. Tanpa sertifikat ini, dapur tak boleh beroperasi. Rapid test makanan juga disiapkan. Sebelumnya belum ada. Dengan alat ini, bahan baku diuji sebelum dimasak. Terutama ayam. Bahan paling sering jadi sumber masalah.

Baru-baru ini SPPG menolak 110 kilogram ayam. Dagingnya membiru saat disimpan. Risiko salmonela tinggi. “Kalau tidak teliti, bisa bahaya,” kata Wahyuno kepada Radar Cirebon. SPPG hanya bekerja sama dengan pemasok bersertifikat. Ayam dari penyedia besar yang juga memasok hotel, kereta api, dan restoran.

Kualitasnya lebih terjamin. Sayuran diambil langsung dari Pasar Jagasatru Cirebon. Segar. Diperiksa setiap kali datang. Makanan yang datang dicek, difoto, ditimbang. Jika tak sesuai standar, dikembalikan. Tak peduli jumlahnya besar. Tak peduli harga murah. SPPG memprioritaskan mutu.

0 Komentar