Produksi MBG di dapur SPPG Kesambi dijalankan dengan disiplin waktu. Jam 1 siang, tim belanja turun. Jam 3 sore bahan datang. Semua langsung ditimbang, difoto, dicek kualitasnya. Jam 3 sore juga tim peracikan masuk. Tukang racik bekerja sampai tengah malam. Jam 12 malam tukang masak datang. Masak berlangsung sampai jam 4 pagi. Ada dua tipe porsi: kecil untuk siswa SD kelas bawah, besar untuk siswa SD kelas atas hingga SMA.
Jam 7 pagi makanan dikirim ke sekolah-sekolah. Sebelum berangkat, quality control terakhir dilakukan. Cek visual. Cek bau. Cek kesegaran. Pastikan makanan tiba segar di penerima manfaat.
SPPG juga membangun komunikasi intens dengan sekolah. Penerima manfaat bisa memberi masukan langsung. Jika ada masalah, tidak ujug-ujug ramai. Semua dikomunikasikan cepat.
Baca Juga:Karang Taruna Mitra Strategis PemerintahKopdes Merah Putih Bukan Program Top-Down
SPPG sedang menyiapkan dashboard daring. Sistem ini akan memantau kualitas pengiriman MBG. Sekolah penerima manfaat akan mengisi laporan setiap hari. Ada indikator hijau, kuning, merah. Jika merah, berarti ada masalah yang harus segera direspons.
Dengan sistem ini, distribusi MBG lebih transparan. Setiap keterlambatan, setiap perubahan kualitas makanan bisa dipantau real time. Ini inovasi baru. Belum pernah dilakukan siapapun di bidang ini. SPPG Kesambi mengakui, sejak KLB Bandung Barat, semua berubah. Semua lebih ketat. Semua lebih mahal. Tapi keselamatan siswa lebih penting.
Pola belanja juga diatur. Ada batasan harga dari pemerintah. SPPG tidak boleh melampaui harga maksimum. Karena itu mereka mencari pemasok yang bisa jamin kualitas meski harga ketat. Program MBG bukan profit oriented. SPPG Kesambi menyebutnya social oriented. Tugas utamanya pemenuhan gizi siswa. Tapi keamanan pangan kini jadi prioritas setara gizi.
SPPG Kesambi menjadikan kasus Bandung Barat sebagai pelajaran besar. Sistem diperketat. Sertifikat wajib. Rapid test mulai. Dashboard digital disiapkan. Jalur distribusi diaudit. Bahan baku diperketat.
Wahyuno bilang, semua dilakukan agar program makanan bergizi tetap jalan. Agar tidak ada lagi anak yang sakit karena program yang seharusnya menyehatkan. Agar orang tua dan sekolah kembali percaya.
TESTER SEBELUM DISTRIBUSI HINGGA PENGECEKAN DI SEKOLAH