Kholis, Pemuda Asal Krasak Mengolah Bambu Jadi Miniatur Perahu Bernilai Jual

miniatur perahu
KREATIF: Kholis (kanan) didampingi Sekretaris Camat Jatibarang, Supendi, saat menunjukkan salah satu karya miniatur perahu layarnya, kemarin. ANANG SYAHRONI / RADAR INDRAMAYU
0 Komentar

INDRAMAYU – Bermula dari ketertarikan melihat karya seni miniatur perahu layar dua tahun lalu, Kholis (24 tahun), pemuda asal Blok Carik, Desa Krasak, Kecamatan Jatibarang, kini mampu mengolah bahan bambu dan kayu bekas menjadi miniatur perahu bernilai ekonomi tinggi. Tentunya, dengan harga jual berkisar Rp200 ribu hingga Rp700 ribu per unit.

“Awalnya saya tertarik waktu melihat karya seni miniatur perahu milik orang. Bagus banget. Dari situ muncul keinginan buat belajar cara bikinnya,” ujar Kholis kepada Radar Indramayu, Kamis (2/10).

Kholis sempat belajar langsung kepada seorang perajin miniatur perahu. Namun, proses belajarnya kala itu tidak berjalan mulus dan terhenti di tengah jalan. Meski begitu, semangatnya tidak padam. Ia kemudian memutuskan untuk terus belajar secara otodidak, dengan menggali berbagai sumber referensi dari media sosial dan YouTube.

Baca Juga:Real Madrid, Bayern Munchen, hingga Atletico Madrid Pesta Gol di Liga Champions RoundupIngatkan Petani, PPL Larang Penggunaan Jebakan Listrik untuk Atasi Hama Tikus

“Belajarnya dari nonton video cara ngerakit potongan kayu pakai lem, terus dibentuk jadi satu miniatur. Itu pelan-pelan saya pelajari dan praktikkan,” tuturnya.

Untuk bahan baku, Kholis memanfaatkan kayu dan bambu yang sudah tidak terpakai. Bambu ia potong dan belah tipis, kemudian dirangkai dengan kayu lain seperti kayu jati. Proses pembuatan satu miniatur perahu bisa memakan waktu antara tiga hingga tujuh hari, tergantung tingkat kesulitan dan detail bentuknya.

“Bahan-bahannya dari limbah. Tapi kalau dikerjakan telaten dan detil, hasilnya bisa jadi karya seni yang punya nilai jual tinggi,” katanya.

Keterampilan Kholis tak luput dari perhatian pemerintah desa setempat. Ia pun diperkenalkan ke Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Dispara) Kabupaten Indramayu. Dari situ, jalannya mulai terbuka. Kini, karyanya bahkan telah menjadi bagian dari dekorasi salah satu hotel berbintang di Indramayu, yang secara rutin memesan miniatur perahu buatannya.

Meski proses pembuatannya terbilang rumit, Kholis mengaku tidak mengalami kesulitan berarti. Hanya saja, menurutnya, presisi dan ketelitian adalah hal yang wajib agar hasilnya memuaskan.

“Harus detil dan rapi. Sekarang saya sudah bikin tujuh jenis miniatur perahu, ada yang pakai layar dan ada yang tanpa layar. Daya tahannya bisa sampai 10 tahun. Penjualannya juga sudah masuk marketplace, baik online maupun offline,” jelasnya. (oni)

0 Komentar