RADARCIREBON.ID- Istilah budayawan sering digunakan dalam berbagai kegiatan seni dan kebudayaan. Namun, masih banyak masyarakat yang belum memahami secara mendalam siapa yang sebenarnya layak disebut budayawan. Dalam konteks kebudayaan, sebutan ini bukan sekadar gelar atau status sosial, melainkan bentuk penghargaan atas pengetahuan, karya, dan dedikasi seseorang terhadap nilai-nilai budaya bangsa.
Menurut pemerhati dan praktisi budaya Cirebon, Wawan Hernawan, seorang budayawan sejati adalah mereka yang memiliki pemahaman mendalam terhadap akar budaya dan tradisi masyarakatnya, serta mampu menafsirkan ulang nilai-nilai tersebut agar tetap relevan dengan perkembangan zaman.
“Budayawan itu bukan hanya orang yang sering bicara tentang budaya, tetapi orang yang menghidupi budaya dalam karya, pemikiran, dan sikapnya,” ujar Wawan Hernawan. “Ia menjaga warisan leluhur dengan cara-cara yang beradab, bukan dengan arogansi atau kekerasan.”
Baca Juga:Mendirikan Sekolah Tinggi Seni dan Budaya di CirebonIni Menurut Praktisi Budaya Cirebon Soal Naming Rights Stasiun Cirebon
Dalam pandangan Wawan, seorang budayawan diukur dari karya dan pemikirannya yang memberi dampak positif bagi kehidupan masyarakat. Karyanya bisa berupa tulisan, seni rupa, teater, musik, film, maupun aktivitas sosial yang menumbuhkan kesadaran budaya. Melalui karya itu, ia menanamkan nilai moral, spiritual, dan kemanusiaan yang memperkuat jati diri bangsa.
Selain itu, Wawan menegaskan pentingnya konsistensi dalam pengabdian. Budayawan sejati adalah mereka yang terus berjuang di jalan kebudayaan tanpa pamrih, bahkan di tengah minimnya dukungan. “Kesetiaan terhadap budaya itu diuji dalam waktu yang panjang,” katanya. “Bukan karena penghargaan atau popularitas, tetapi karena panggilan hati untuk menjaga nilai-nilai kemanusiaan.”
Etika dan integritas juga menjadi ciri utama seorang budayawan. Mereka menyampaikan kritik dengan santun, mengutamakan dialog, serta menjadi penyejuk di tengah konflik sosial. Wawan menilai, budaya seharusnya menjadi ruang persaudaraan dan pencerahan, bukan alat untuk membenturkan kepentingan atau menimbulkan perpecahan.
“Budaya itu harus menjadi sumber kedamaian,” lanjutnya. “Budayawan sejati akan memilih jalan pemikiran dan gagasan, bukan jalan kekerasan. Itulah bentuk kecerdasan budaya.”
Gelar “budayawan” sendiri tidak bisa disematkan oleh diri sendiri, melainkan lahir dari pengakuan masyarakat dan komunitas budaya atas kiprah serta keteladanan seseorang. Karena itu, Wawan mengingatkan agar masyarakat tidak mudah mengklaim diri sebagai budayawan hanya karena aktif dalam kegiatan seni.