INDRAMAYU – Langkah Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat yang mulai memasang Penerangan Jalan Umum (PJU) di beberapa ruas jalan provinsi di Kabupaten Indramayu dalam beberapa hari terakhir, mendapat sorotan dari kalangan budayawan. Bukan karena fungsi penerangannya, tetapi karena ornamen yang menghiasi tiang PJU. Yakni motif batik Mega Mendung dan gunungan, yang dinilai bukan bagian dari budaya lokal Indramayu.
Hal itu disampaikan oleh Penggiat Budaya sekaligus Ketua Yayasan Indramayu Historia Indonesia, Nang Sadewo. Kepada Radar Indramayu, Rabu (15/10), menurutnya, secara fungsi, kehadiran PJU patut disyukuri karena sangat membantu masyarakat saat beraktivitas di malam hari. Namun, secara ornamen visual, pemasangan tiang PJU itu berada di wilayah kultural Indramayu yang semestinya melibatkan koordinasi dengan Pemkab Indramayu maupun Dinas Perhubungan setempat terkait desainnya.
“Sebagai masyarakat tentu kami bersyukur, PJU yang terpasang di jalan provinsi jelas sangat membantu, terutama saat malam hari. Jalan jadi terang. Tapi, sedikit masukan terkait ornamen desainnya. Motif Mega Mendung dan gunungan itu bukan bagian dari kultur Indramayu,” ujar Sadewo.
Baca Juga:Golden Boy 2025 Segera Diumumkan, Ini Dia Profil Calon PeraihnyaTokoh Masyarakat Cikedung H Rohadi Apresjasi Kunker Asrenum Panglima TNI dan Wakasad di Indramayu
Lebih lanjut Sadewo menambahkan bahwa, meskipun secara administratif jalan tersebut merupakan kewenangan Pemprov Jabar, namun simbol-simbol budaya yang digunakan seharusnya mencerminkan identitas kultural wilayah setempat. Ia mengingatkan bahwa Gubernur Jawa Barat sebelumnya, Ridwan Kamil (RK), pernah menyampaikan bahwa identitas budaya Indramayu mencakup simbol Tjimanoek dan Gagak Winangsih. Hal itu diungkapkan RK dalam pidatonya pada Sidang Istimewa Paripurna Hari Jadi Kabupaten Indramayu.
“Kalau Mega Mendung dan gunungan masuk ke wilayah kita, lalu bagaimana dengan identitas budaya Indramayu? Bisa jadi campur aduk. Wilayah administratif memang harus dipatuhi, tapi wilayah kultural juga perlu dihormati. Apalagi jika Pemprov Jabar ingin memajukan identitas kebudayaan secara menyeluruh,” ucapnya.
Sadewo berharap, jika ke depan bantuan PJU dari Pemprov masih berlanjut, desain ornamen pada tiang lampu jalan sebaiknya dibahas dan disesuaikan terlebih dahulu dengan karakter budaya daerah masing-masing. Ia menekankan pentingnya konsistensi antara pernyataan dan tindakan dalam pelestarian budaya.
“Kalau sekarang sudah terpasang, ya sudahlah, kita tetap bersyukur karena bantuan ini memang bermanfaat. Tapi ke depan, kalau ada pemasangan PJU lagi, tolong desainnya disesuaikan dengan kultur masing-masing daerah. Ini penting, karena identitas budaya adalah jati diri kota dan kabupaten. Jangan sampai teori literasi kebudayaan hanya jadi jargon, tapi tak sesuai dengan fakta di lapangan,” pungkasnya. (oni)