“Saya dapat kabar dari Pak Tasripin. Beliau bilang ada keluarga Cirebon terlunta di Aceh. Ternyata benar, Pak Gunawan ini orang Cirebon, istrinya orang Aceh. Mereka ke sana karena ada masalah keluarga, tapi akhirnya terlunta karena tak punya tempat tinggal dan kesulitan makan,” tuturnya.
Aktivis perempuan yang akrab disapa Bunda Fifi itu menjelaskan, proses pemulangan keluarga Gunawan berjalan setelah pihaknya berkoordinasi dengan aparat setempat, termasuk Kakanwil Lapas Aceh dan Kalapas Perempuan yang kebetulan pernah bertugas di Cirebon.
“Alhamdulillah Bu Yuli dan Pak Kakanwil Aceh langsung membantu membiayai kepulangan mereka ke Cirebon. Begitu saya dapat kabar mereka sudah ditemukan, saya langsung koordinasi dengan Pak Kapolres dan beliau cepat sekali merespons. Hari ini kita bisa menyambut mereka bersama-sama,” jelasnya.
Baca Juga:Daerah Sepenting Cirebon Mesti Punya Museum yang MemadaiKesan Hamdan Selama Jadi Kajari Kota Cirebon, Kini Digantikan Alamsyah
Terkait pendampingan lanjutan, Fifi memastikan bahwa KPAID Cirebon akan terus memantau kondisi anak Gunawan yang masih di bawah umur. “Kami akan terus pantau karena anaknya masih berusia sekitar setahun. Nanti kami akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan untuk memastikan kondisi keluarga ini baik-baik saja,” ujarnya.
Sementara itu, rasa syukur dan haru terpancar dari wajah Gunawan setelah kembali menginjakkan kaki di rumahnya. Selama tiga bulan terakhir, Gunawan bersama istrinya Misriyati dan anak balitanya harus menjalani hari-hari berat, terlunta-lunta di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, tanpa tempat tinggal maupun penghasilan.
Kepada Radar Cirebon, Gunawan menuturkan kisah pilu yang dialaminya. Ia bercerita, selama di Pidie harus berpindah-pindah dari satu masjid ke masjid lain untuk sekadar berteduh dan tidur. “Saya tidur di balai-balai masjid, kadang di Masjid At Taqwa Pidie. Kalau di masjid lain kami ditolak, ya pindah lagi. Untungnya ada DKM yang baik hati, mengizinkan kami beristirahat bahkan memberi makan dan minum,” ujarnya dengan nada lirih.
Gunawan menjelaskan, awal mula keberangkatannya ke Aceh adalah karena panggilan keluarga istrinya untuk mengurus hak atas beberapa aset peninggalan mendiang ibu mertuanya. Namun, niat baik itu justru berakhir pahit. “Awalnya dijanjikan mau bantu jual salah satu tanah istri saya. Eh malah semua aset dirampas. Rumah, kebun, sawah semuanya atas nama istri saya, tapi tetap diambil. Kami malah diusir,” ungkapnya.
