RADARCIREBON.ID – Langit Cirebon mulai sering gelap lebih cepat. Awan tebal menggantung sejak pagi, udara lembap, dan petir sesekali menyambar di kejauhan.
Tanda-tanda atmosfer aktif kini semakin jelas. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kertajati memperingatkan, Kota Cirebon resmi memasuki pekan cuaca ekstrem.
Dalam sepekan ke depan, hujan intensitas sedang hingga lebat diprediksi mengguyur wilayah Cirebon pada siang, sore, hingga malam hari. Hujan juga berpotensi disertai petir dan angin kencang.
Baca Juga:BBWS Cimanuk Cisanggarung Siagakan Alat Berat Hadapi Musim HujanIKMI Cirebon Wakili Indonesia di ASEAN Cyber Race 2025
“Musim hujan tahun ini lebih basah dibandingkan rata-rata. Puncaknya diperkirakan terjadi pada Januari hingga Februari 2026,” ujar Forecaster BMKG Stasiun Kertajati, Dian Anggraeni, Senin (3/11/2025).
Menurutnya, dinamika atmosfer di wilayah pesisir utara Jawa Barat menjadi penyebab utama meningkatnya curah hujan.
Pemanasan di pagi hari mempercepat pembentukan awan konvektif, dan saat mencapai titik jenuh, hujan turun mendadak dalam intensitas tinggi.
“Fenomena ini bagian dari pola atmosfer aktif di pesisir utara. Uap air terakumulasi cepat, sehingga hujan bisa turun kapan saja,” tambah Dian.
BMKG menegaskan sinyal cuaca kali ini tidak bisa dianggap biasa. Curah hujan di atas normal berpotensi memicu genangan, banjir, maupun pohon tumbang.
Masyarakat diminta untuk menjaga kebersihan saluran air, tidak berteduh di bawah pohon saat hujan deras, serta memeriksa instalasi listrik rumah.
“Yang paling penting, jangan abaikan informasi resmi cuaca harian,” imbau Dian.
Baca Juga:Human Initiative Jalin Kolaborasi dengan BMH JabarWabup Cirebon Jigus Tanam Pohon, Cegah Banjir dan Bangunan Liar di Playangan
Sebagai respons atas peringatan BMKG tersebut, Pemerintah Kota Cirebon menetapkan status siaga darurat bencana.
Status ini berlaku mulai Oktober 2025 hingga Maret 2026 sebagai langkah antisipatif menghadapi potensi banjir, tanah longsor, hingga cuaca ekstrem di sejumlah titik rawan.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Cirebon, Andi Wibowo, menjelaskan bahwa penetapan status siaga bukan berarti kondisi darurat telah terjadi, tetapi sebagai bentuk peringatan dini sekaligus penguatan kesiapan daerah.
“Tujuannya sederhana, untuk meminimalkan dampak bencana dan meningkatkan keselamatan masyarakat. Jadi ini bukan status panik, tapi tanda bahwa kita siap,” tegas Andi.
BPBD telah menyiapkan berbagai langkah antisipasi, mulai dari skema evakuasi, identifikasi lokasi pengungsian, hingga kesiapan logistik dasar warga. Selain itu, perahu karet dan alat komunikasi darurat juga disiagakan di posko-posko rawan bencana.
