RADARCIREBON.ID – Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, KH Imam Jazuli LC MA turut menyoroti persoalan di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
KH Imam Jazuli meminta agar Gus Yahya untuk mendengarkan bisikan para sesepuh, manut dan legawa.
Berikut surat terbuka yang ditulis KH Imam Jazuli untuk Gus Yahya:
Baca Juga:KDM – PT KAI Jalin Kerjasama, Bakal Ada Kereta Api Tani Mukti Rute Cirebon – JakartaPasca Tawuran Konten, Pemuda Desa Purwawinangun – Muara Mediasi di Polsek Kapetakan, Sepakat Damai
Kepada yang terhormat DR (HC) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), yang kami cintai dan hormati.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Bismillahirrahmanirrahim.
Gus, izinkan kami mencurahkan perasaan dan harapan akar rumput nahdliyin yang getir dan rintihan dari jutaan pasang mata yang menatap cemas.
Tentu saja, surat ini bukan titah, apalagi menyerupai fatwa, melainkan sekadar kegelisahan dari hati yang merindukan kembali keheningan dan kedamaian di taman sari kultur dan struktur Nahdliyyin, yang kini terasa sedikit berserak oleh riak-riak fatamorgana.
Dengan segala kerendahan hati, surat ini kami tulis, mewakili suara hati yang pedih dari akar rumput Nahdliyin yang berharap ada pelukan hangat dan kebersamaan dalam rumah besar kita, Nahdlatul Ulama.
Kami memahami dinamika yang terjadi saat ini sangat kompleks, namun kami yakin bahwa di balik semua itu, ada jiwa besar seorang santri Krapyak dan Gus yang mengalir dalam diri Gus Yahya.
Gus, kami semua sayang sama panjenengan. Kami memandang Gus Yahya sebagai panutan dan pemimpin yang memiliki kapasitas luar biasa.
Justru karena rasa sayang dan hormat itulah, kami berharap Gus Yahya dapat menunjukkan sikap legowo (berlapang dada) demi keutuhan jam’iyyah.
Baca Juga:Lolos dari Hukuman, Prabowo Rehabilitasi 3 Mantan Direksi ASDP Termasuk Ira PuspadewiIdentitas Warga yang Tewas Tertemper Kereta Api Harina di Kanci Kulon Cirebon
Engkau, Gus, adalah mutiara yang lahir dari rahim keagungan para pejuang dan kiai sepuh. Darah yang mengalir di nadimu, kami yakin adalah cahaya dari sanad keabadian ilmu yang tak terputus hingga Baginda Nabi. Kami tahu, akalmu cerdas, pandanganmu jauh menembus batas cakrawala, namun, Gus, terkadang kebijaksanaan sejati justru ditemukan di dalam diam dan kepatuhan.
Konflik, Gus, ibarat badai yang mengoyak layar perahu besar yang bernama Nahdlatul Ulama. Perahu ini, yang dibangun dengan cucuran keringat dan air mata para pendahulu, kini oleng dihantam ego dan kepentingan sesaat. Sudahi, Gus, sudahi prahara ini. Apapun alasannya, sebesar apapun argumen logikamu, tiada yang lebih mulia daripada merajut kembali benang sutra persaudaraan yang terkoyak.
