Anggaran Rutilahu di Jabar Dipotong, Rumah yang Ditangani Turun Drastis

Anggaran Rutilahu di jabar dipangkas
Program perbaikan rumah tidak layak huni (rutilahu) bakal dilanjutkan Pemprov Jabar di 2026. Tapi miris, jumlah unit yang digarap bakal berkurang. Ilustrasi: Eep/Radar Cirebon
0 Komentar

Kondisi fisik bangunan nyaris runtuh. Dinding rumah tampak miring ke satu sisi. Di salah satu sudut, dinding jebol membentuk lubang sekitar 60 sentimeter. Menganga. Membiarkan angin, debu, dan air hujan masuk tanpa halangan. Saat hujan deras, air merembes dari sela dinding. Dari retakan lantai. Mengalir memutari ruang utama. Menggenang di sisi bangunan karena rumah ini tidak memiliki saluran pembuangan air dari kamar mandi.

Atapnya berbahan asbes yang sudah kusam. Tanpa plafon. Menyisakan rangka yang terlihat dari bawah. Setiap angin kencang membuat atap bergetar, menimbulkan suara gemeretak yang membuat penghuni cemas.

Ruangan gelap. Hanya pintu depan yang menjadi sumber cahaya dan sirkulasi udara. Tak ada jendela. Tak ada ventilasi. Lampu bohlam kecil yang tergantung rendah pun tak banyak membantu. Tetap temaram. Kamar utama hanya sekitar 1,5 meter. Aksesnya pun sempit. Sekitar 1 x 1,2 meter. Ruang itu juga dipakai tidur cucu-cucu Adil. Sekatnya bukan pintu kayu, melainkan kain lusuh yang digantung seadanya.

Baca Juga:Siswi SMP di Cirebon Jadi Korban Tindakan Asusila, Ketahuan dari Chat WAResmi Dilantik Walikota, 49 Orang Kena Mutasi

Akses menuju rumah juga bukan jalan layak. Hanya gang sempit selebar tubuh orang dewasa. Orang lewat berpapasan pun harus miring. Gang itu langsung berujung ke pintu kayu tua yang mulai lapuk.

Kondisi dapur tak kalah mengkhawatirkan. Masih menggunakan kayu bakar. Asap mengepul ke langit-langit dan meninggalkan jelaga hitam tebal di dinding. Wajan tua tergeletak di lantai tanah yang lembap. Tidak ada tungku permanen. Semua serba darurat. Di sudut lain, genangan air membentuk kolam-kolam kecil akibat tidak adanya saluran pembuangan. Di genangan itu, jentik-jentik nyamuk bergerak. Lambat. Berulang. Menandakan bahaya kesehatan yang mengintai.

Keadaan mandi, cuci, kakus (MCK) jauh lebih parah. Plester dinding terkelupas. Bata merah terlihat rapuh. Lantai licin akibat lembap. Bau menusuk ketika masuk ke area itu. Jelas bukan MCK yang layak bagi keluarga mana pun.

Ketua RW 17 Kriyan Barat, Bambang Jumantra, membenarkan bahwa rumah Adil belum pernah masuk pendataan rutilahu. “Belum ada pendataan terbaru rutilahu di RW ini. Termasuk rumah Pak Adil. Padahal, kalau ada bantuan dari pemerintah, biasanya melalui RW,” ujarnya.

0 Komentar